DALAM kitab Lun Yu atau Lun Gi atau Bunga Rampai dari ajaran Khonghucu, ada satu bagian atau ayat yang berbunyi: “Ketika Tiong Kiong bertanya mengenai pengertian jen (cinta kasih), Khonghucu berkata,….. jangan berbuat sesuatu terhadap orang lain yang engkau sendiri tidak menginginkannya terjadi pada dirimu sendiri (XII,2).
Di dunia ini sering terjadi dimana orang ingin melakukan hal yang tidak baik pada diri orang lain, namun dia juga tidak menginginkan sesuatu itu terjadi pada diri mereka sendiri. Sebagai contoh seseorang ingin mencelakakan orang lain mungkin karena orang lain itu pernah berbuat yang merugikan dirinya, namun sebaliknya dia tidak ingin dicelakakan oleh orang lain. Oleh karena itu jika kita tidak ingin dirugikan oleh orang lain, janganlah bercita-cita merugikan orang lain.
Dalam Lun Yu juga dikatakan, bahwa manusia jen adalah orang yang karena ingin mengukuhkan kedudukannya, mengukuhkan kedudukan orang lain, dan karena ingin mengembangkan dirinya, mengembangkan orang lain. ... itulah yang dapat dinamakan jalan untuk mengamalkan jen” (VI, 28).
Jika kita perhatikan ungkapan Khonghucu di atas; pengamalan atas jen (cinta kasih) terjadi dalam bentuk memperhatikan orang lain. Berbuatlah untuk kepentingan orang lain jika kita juga menginginkan perbuatan yang sama berlaku atas diri kita. Di sini berlaku kebajikan akan dibalas dengan kebajikan dan kejahatan akan dibalas dengan kelurusan (SS XIV;34) Inilah segi positif dari perbuatan tersebut, yang oleh Khonghucu disebut chung atau tenggang menenggang terhadap orang lain. Dalam segi negatifnya, yang oleh Khonghucu disebut shu, adalah jangan berbuat sesuatu, terhadap orang lain, yang engkau sendiri tidak ingin hal itu terjadi pada dirimu. Jika kita tidak ingin disakiti oleh orang lain, janganlah kita menyakiti orang lain; jika kita tidak ingin dimusuhi oleh orang lain, janganlah kita berpikir untuk memusuhi oleh orang lain, dan seterusnya. Kenyataan itu sendiri sebagai suatu keseluruhan, yang oleh Khonghucu disebut prinsip chung dan shu, yaitu jalan terbaik untuk mengamalkan jen atau cinta kasih terhadap sesamanya.
Sedangkan pada pengikut Khonghucu di kemudian hari, prinsip ini dikenal dengan “prinsip tepa salira”. Artinya suatu prinsip yang memakai diri sendiri menjadi tolak ukur untuk mengatur prilakunya. Jika kita ingin dilayani oleh orang tua kita dengan baik atau leluhur kita, maka kita juga harus memberikan pelayanan yang baik kepadanya. Atau layanilah penguasamu jika engkau menginginkan bawahanmu melayani dirimu dengan baik pula. Berbuatlah apa yang terbaik menurut kita untuk menyenangkan atasan kita, niscaya bawahan kita juga akan berbuat yang terbaik buat kita.
Dalam karya Fung Yu Lan (1990) dikatakan bahwa prinsip chung dan shu sekaligus merupakan prinsip jen, sehingga pengamalan terhadap chung dan shu berarti pengamalan terhadap jen. Dan pengamalan ini mengakibatkan pelaksanaan tanggung jawab serta kewajiban seseorang dalam masyarakat, yang didalamnya terkandung sifat yi atau perikeadilan. Dengan demikian prinsip chung dan shu merupakan awal dari akhir dari kehidupan moral seseorang. Oleh karena itu dalam hidup ini prinsip chung (tenggang rasa terhadap orang lain) harus dikembangkan; kalau tidak, keadilan, kedamaian dalam dunia ini sulit untuk dicapai. Jika sikap cinta kasih atau jen sudah tidak ada lain dalam diri manusia; maka dunia ini penuh dengan permusuhan, jika ini terjadi, maka kehancuran akan terjadi di mana-mana. Jalan yang terbaik yang harus ditempuh kata Khonghucu adalah mengembangkan sikap jen atau cinta kasih terhadap sesama manusia dan sesama makhluk hidup lainnya.
Oleh : M. Ikhsan Tanggok
Sumber : Pontianak Post
Selasa, 27 Juli 2010
Cinta Kasih
Teguh Iman Kepada Tuhan
DALAM kita menjalani kehidupan ini, sebagai manusia, hendaklah bertindak dan berperilaku dalam batasan yang berperikemanusiaan pula. Karena kita semua dilahirkan melalui ayah dan ibu, dalam kemuliaan kebajikan Tuhan, dibekali watak sejati yang berperi cinta kasih, menjunjung kebenaran, menyukai kesusilaan, kebijaksanaan, dan menghargai integritas/ dapat dipercaya. Maka kita wajib mengembangkan benih kebajikan yang terkandung dalam watak sejati kita sepanjang hayat hidup. Dengan cara hidup yang berkebajikan itulah kita memuliakan nama Tuhan, sekaligus memuliakan nama orangtua kita.
Namun perlu juga disadari, bahwa meski pun di dalam kita menjalani hidup berkebajikan itu, tidaklah berarti kita selalu mengalami hal yang mulus dan menyenangkan. Terkadang kita berbuat baik pada orang lain, tetapi hasil yang diterima tidak sesuai yang kita harapkan. Hal yang demikian itu juga pernah dialami seorang Nabi besar Khongcu semasa hidupnya (551 sM – 479 sM). Nabi Khongcu tetap teguh iman dan percaya akan kebesaran kuasa Thian/ Shang-Di (Tuhan Yang Maha Esa). Keteguhan iman menjadi sumber kekuatan Beliau dalam menunaikan misi penyebaran kebajikan sampai akhir hayatNya. Hingga saat sekarang ini terbukti Ajaran Kebajikan Nabi Khongcu menembus jaman dan benua, memberikan inspirasi kepada umat manusia tentang pentingnya hidup berkebajikan mencapai kedamaian yang diridhoi Tuhan.
Nabi Khongcu pernah bersabda “Aku tidak menggerut kepada Thian, tidak pula menyesali sesama manusia, Aku hanya belajar dari tempat yang rendah ini, terus maju menuju tinggi menempuh Jalan Suci. Tuhan mengerti akan diriKu.” Dengan iman yang demikian kuat akan ke-Esa-an Nya, Beliau menjadi begitu teguh dan tabah menghadapi segala rintangan serta cobaan dalam menjalani misi kehidupan mulianya.
Ada beberapa peristiwa yang hampir mengancam jiwaNya pernah terjadi selama perjalanan pengembaraan Beliau dalam menunaikan misi menyebarkan ajaran Kebajikan yang dibawakan ke berbagai Negara di jaman Chun Chiu (+/- 500 - 513 SM). Seperti pada saat Beliau beserta murid-muridNya dikepung oleh pasukan pemberontak selama 7 hari, ketika berniat mengunjungi Negeri Cai. Rombongan Guru dan murid sampai kelaparan karena kehabisan makanan. Kepada murid-muridnya pada saat genting itu, Nabi pun bersabda,”Thian telah menyalakan api kebajikan dalam diriKu, apakah yang dapat dilakukan pemberontak itu atas diriKu?” Dan akhirnya datang bala tentara bantuan dari Negeri Chu membebaskan Beliau beserta murid-murid dari mara bahaya tersebut.
Pada saat yang lain, Beliau juga pernah dikepung oleh orang-orang Negeri Kuang yang mengira Dirinya sebagai Yang Hu (musuh mereka), dalam keadaan genting dan kehabisan ransom makanan. Murid-muridnya sebagian telah jatuh sakit karena kelaparan. Namun Nabi masih tetap menenangkan murid-muridnya dengan memberi ceramah serta bermain musik serta bernyani. Akhirnya orang Kuang itu sadar akan kekeliruan mereka dan melepas rombongan Nabi melanjutkan perjalanan.
Bagi Nabi Khongcu, kesulitan yang dapat dihadapi dengan tabah, akan membuka pikiran kita kearah penghayatan nilai kebenaran yang lebih tinggi. Sebagaimana pernah disabdakan “Apabila Tuhan menginginkan seseorang menjadi besar, maka ia akan menyengsarakan otot dan tulangnya, menyiksa kulit dan bathinnya. Dengan demikian terbukalah pikiran dan mata hatinya, terlatihlah otot dan tulangnya untuk menjadi orang yang tangguh dan bijaksana.”
Nabi Khongcu juga berkata: ”Seorang petani yang baik dapat menabur benih dan memacul, tetapi tidak dapat menjamin hasil panennya. Seorang tukang yang baik dapat mengerjakan bahannya dengan terampil, tetapi ia tidak dapat menjamin kemashurannya.” Dengan perkataan ini Nabi mengajarkan bahwasanya kemampuan manusia terbatas pada usaha, dan hasilnya akan tergantung pada banyak factor yang tidak sepenuhnya dapat diprediksi oleh kita, hal inilah yang oleh umat beragama disebut sebagai kuasa Thian.
Demikianlah kita perlu belajar dari keteladanan Nabi Khongcu didalam keyakinan dan keimananNya kepada Thian/ Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan beriman yang kuat, segala kesusahan dapat dilalui dengan tabah, maka disabdakan “Bila diri tiada iman, segalanya tidak akan terwujud (langgeng).. Bila mengetahui diri bersalah, dan segera memperbaikinya, itulah cara menuju kebenaran. Tetapi bila tidak memperbaikinya, itulah kesalahan sesungguhnya.”
Oleh Js. Munazad (Pengurus MATAKIN Komwil Medan)
Sumber :www.pontianakpost.com
Jam Biologis Tubuh Anda
Tahukah Anda bahwa di dalam tubuh kita ada jam biologis yang berfungsi mengatur apa yang harus dilakukan tubuh secara alami? Jam biologis ini berfungsi mengatur kapan tubuh harus beristirahat, kapan tubuh memerlukan makanan atau kegiatan lainnya yang dilakukan tubuh selama 24 jam. Timer jam biologis ini dapat berjalan karena adanya Suprachiasmatic Nuclei (SCN). Dengan mengetahui siklus yang ada dalam tubuh kita, kita dapat mengetahui saat tubuh dalam keadaan optimal sehingga apa yang kita lakukan juga bermanfaat secara optimal untuk kesehatan tubuh.
Mengapa Mengantuk Malam Hari?
Pernahkah Anda bertanya, mengapa saat malam kita mengantuk? Atau mengapa bila masyarakat pedesaan yang belum ada listrik cenderung tidur lebih cepat? Jawabannya adalah karena adanya hormon melatonin. SCN akan memerintahkan tubuh untuk mengeluarkan hormon melatonin ini saat hari sudah gelap. Selanjutnya, hormon melatonin akan memerintahkan tubuh untuk beristirahat. Namun dengan kehadiran lampu listrik yang membuat suasana malam hari menjadi terang menghambat dikeluarkannya hormon melatonin, sehingga saat ini jam tidur manusia lebih larut malam daripada sebelumnya.
Tubuh kita mudah beradaptasi. Misalnya, untuk pekerja yang bekerja saat malam hari, SCN akan beradaptasi dalam mengeluarkan hormon melatonin sehingga mereka akan tetap terjaga walaupun hari sudah gelap. Bila malam semakin larut, kita akan lebih merasakan kantuk, ini disebabkan hormon melatonin yang dihasilkan semakin meningkat dan juga turunnya suhu tubuh dan tekanan darah dalam tubuh.
Hormon Dalam Tubuh Saat Kita Tidur
Agar dapat memperbaiki sel-sel yang rusak, tubuh membutuhkan tidur. Tidur sehat manusia adalah 7 sampai 9 jam setiap hari. Perbaikan sel ini dipicu oleh hormon yang bernama Human Growth Hormone (HGH).
Karena itu, dengan tidur yang cukup rata-rata 8 jam per hari, sama saja dengan membiarkan tubuh Anda memulihkan tubuh kembali. Tentu ini akan membuat Anda bangun dengan sehat pada pagi hari setelah tidur yang cukup.
Makan makanan asin dapat membuat tubuh dehidrasi, sehingga dapat mengalami retensi air yang menyebabkan hipertensi ringan, akibatnya proses perbaikan sel terganggu dan tidur Anda terganggu.
Mengkonsumsi makanan manis dapat membuat kita sulit tidur karena otak akan memerintahkan untuk mengeluarkan hormon insulin. Akibatnya gula yang ada dalam pembuluh darah akan disimpan dalam sel otot, hati dan lemak. Karena kadar gula dalam tubuh rendah, otak akan memerintahkan untuk mengeluarkan hormon kortisol yang memecah lemak menjadi gula. Efek samping dari hormon kortisol adalah dapat memicu stres sehingga waktu tidur Anda akan terganggu karena rasa stres yang ada.
Mengapa Anda Mampu Menahan Kencing saat Tidur?
Pernahkah Anda bertanya mengapa meskipun tidur lebih dari 8 jam, Anda tidak merasakan ingin buang air kecil pada saat tertidur? Saat kita tidur, tubuh memproduksi hormon vasopressin yang menghambat pengeluaran urine sehingga kita bisa tidur tanpa terganggu harus ke kamar kecil.
Jam Biologis Pagi Hari
Saat pagi hari, minumlah segelas air hangat yang akan mendorong enzim-enzim yang ada dalam mulut ke dalam lambung untuk proses detoksifikasi. Tunggu 20 menit sebelum Anda mengkonsumsi sarapan atau minuman lainnya, karena bila waktu kurang dari 20 menit, manfaat yang dihasilkan kurang optimal.
Olahraga pada jam 5 pagi kurang bermanfaat karena suhu tubuh masih rendah dan otot belum panas. Berolahragalah jam 7 pagi. Pada jam ini tubuh menghasilkan hormon serotonin yang meningkatkan mood. Berjemur di bawah sinar matahari pagi dapat meningkatkan produksi hormon ini.
Tubuh kita berada dalam kondisi optimal 3 jam setelah bangun tidur. Saat itu, darah sudah mengaliri tubuh dengan sempurna sehingga semua zat yang dibutuhkan tubuh dapat terpenuhi dengan baik.
Jam Biologis Tubuh Lainnya
Saat tepat untuk perawatan kulit adalah jam 16.00 karena pada saat itu tubuh dalam suhu yang paling tinggi sehingga pori-pori terbuka dan nutrisi terserap sempurna.
Jam 17.00 tubuh dalam kondisi puncak dalam menahan rasa sakit, sehingga tepat bila ingin ke dokter gigi atau di suntik.
Jam 18.00 merupakan saat yang tepat untuk berolahraga, karena kekuatan dan fleksibilitas tubuh dalm kondisi puncak. Disebabkan kandungan glikogen pada saat itu di dalam tubuh cukup banyak. Glikogen merupakan simpanan karbohidrat dalam bentuk glukosa di dalam tubuh yang berfungsi sebagai salah satu sumber energi.
Oleh karena itu, kenali jam biologis tubuh dan jaga tubuh Anda baik-baik agar tubuh Anda
Sumber : wwww.kaskus.us
tetap prima.
BERHENTI MENGELUH
Sebagai manusia, bahkan dapat dikatakan seluruh mahluk hidup, kita tentu ingin bahagia. Semua orang pasti memiliki keinginan, impian dan harapan. Banyak orang mampu meraihnya, namun banyak juga yang seakan tak mampu menyentuhnya. Sayangnya, hampir sebagian orang di dunia tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dan apa yang di lakukan mereka yang gagal meraih impiannya??? MENGELUH.
Mereka tidak berusaha bangkit dari keterpurukan dan mendapatkan kembali impiannya,namun mereka hanya berdiam diri dan mengeluh. “Kenapa harus aku yang mengalami semua ini? Kenapa bukan dia, yang hidupnya bahagia?Aku sudah cukup sengsara tanpa perlu di tambah dengan semua kesedihan dan kegagalan ini…” adalah keluhan-keluhan yang sering kita lontarkan, tak peduli kapan pun, di mana pun, pada situasi apa pun.
Hal ini lumrah. Sebagai manusia, kita memang mahluk yang dilahirkan memiliki emosi dan perasaan. Kita mampu merasa senang, sedih, marah,dan juga kecewa. Tiga yang terakhir biasanya membawa kita pada keluhan, yaitu kata-kata yang terlintas di pikirkan maupun yang kita ucapkan ketika kita tak berhasil mendapatkan apa yang kita inginkan. Akan tetapi, pernahkah kita sadari, bahwa mengeluh tak akan menghasilkan apa-apa? Tahukah kita bahwa keluhan-keluhan yang kita sampaikan, entah kepada siapa, takkan membawa kita kepada kebahagiaan, kekayaan, apa lagi kemakmuran?\
Mengeluh, hanyalah tanda bahwa kita lemah. Mengeluh, hanyalah petunjuk bagi orang lain bahwa kita tak mampu bertahan melawan situasi yang ada. Mengeluh, hanyalah ciri orang yang malas dan tak mau berusaha mendapatkan apa yang dia inginkan, yang harus dilaluinya dengan banyak rintangan.
BERHENTI MENGELUH. Sekarang juga bangkitlah dan berjuanglah. Segala hal itu mungkin, apabila kita mau berusaha. Satu-Dua maupun lebih banyak rintangan pasti harus kita hadapi apabila ingin mendapatkan apa yang kita inginkan dan merasa bahagia. Sesuatu yang dengan mudah kita dapatkan akan mudah pula dilepaskan dari tangan kita. Raihlah apa pun yang kau inginkan dan kau cita-citakan dengan sekuat tenaga. Tidak ada usaha yang tidak akan menuntun kita kepada keberhasilan dan kebahagiaan, apabila dijalankan dengan benar dan sepenuh hati. Meskipun memang terkadang butuh waktu dan kesabaran. Apabila kau mempunyai tenaga untuk mengubahnya, ubahlah itu semua menjadi tindakan yang positif.
Hal-hal baik yang kita lakukan, meskipun kecil, sangatlah besar artinya, yang akan menuntun kita pada hal baik berikutnya. Pikiran yang positif akan menghasilkan hal yang positif pula. Sebaliknya, bila kita terus-menerus memikirkan hal negatif, segalanya akan menjadi negatif, yang benar adanya. Ketika kita mengeluh, keadaaan bukannya menjadi lebih baik, namun sering kali betambah buruk, karena kita tak melakukan tindakan apapun untuk mengubah keadaan tersebut.
Oleh karena itu mulai sekarang. Marilah kita berhenti mengeluh karena mengeluh takkan menghasilkan apa pun. Tegarlah dan yakinlah bahwa segala hal buruk yang saat nanti menimpa kita adalah suatu cobaan yang HARUS dan DAPAT kita lewati, yang akan memimpin kita pada kebahagiaan di baliknya. Segala rintangan akan mampu kita hadapi karena energi untuk mengeluh telah dialihkan untuk berbuat dan memikirkan hal-hal positif.
(EVAN)
BUANGLAH RACUN KEBENCIAN DENGAN LAPANG HATI MEMAAFKAN ORANG LAIN
BENCI YANG DIPUPUK MENIMBULAKAN RACUN KEBENCIAN
Racun menurut Kamus Indonesia adalah zat atau apapun jua yang dapat menyebabkan kematian kalau dimakan dan bisa juga diartikan sesuatu yang dapat merusak batin, hati, jiwa dsb. Kata Racun Kebencian yang saya pakai disini adalah segala sesuatu yang kita tidak sukai kepada orang lain yang secara sadar atau tidak sadar tumbuh menimbulkan kebencian atau dengan kata lain benci yang terpupuk akan menjadi dendam yang merusak diri sendiri dan orang lain. Benci atau dendam ini suatu saat bisa keluar dari dalam diri, baik berupa perkataan maupun perbuatan yang tidak baik, ” umpama menyimpan bom yang suatu saat akan meledak ”.
Sesaat ketika kita marah dengan dibumbui emosi, sebenarnya amarah yang meledak itu bukan awal dari amarah kita saat ini, melainkan kalau kita telaah kebelakang pasti ada penyebab-penyebab amarah-amarah kecil atau ketidaksukaan kepada orang lain yang terpendam, baik itu berupa benci atau dendam. Sebenarnya apabila kebencian masih dapat kita kontrol, ini adalah batas benci yang harmonis, seperti halnya; benci bau busuk, benci kemunafikan, benci orang licik, benci pemimpin yang menyengsarakan rakyat, benci apa bila kita dan keluarga kita dijolimi orang lain.
”Hanya seorang yang penuh Cinta Kasih saja yang dapat mencintai dan membenci orang.”
(Sheng Ren Kong Zi)
Akan tetapi apa yang kita benci sekalipun harus periksa dahulu, apakah sesuatu yang patut kita benci itu memang layak kita benci, ” meskipun yang di benci sekampungpun, belum tentu itu suatu kesalahan dan yang disukai sekampungpun, belum tentu itu suatu kebenaran”. Hidup yang penuh sandiwara dan kemunafikan sering kali kesalahan bisa menjadi benar,’ membenarkan kebenaran ’ dan kebenaran itu menjadi ”abu-abu” tidak tahu jelas manah putih manah hitam.
SAKIT PISIK, SAKIT PIKIRAN ATAU SAKIT PSIKIS.
Dahulu ketika kita kecil orang tua kita sangat kawatir, apabila anaknya panas di bagian kepalanya, dan begitupula si anak dapat merasakan sakit di sekitar kepalanya. Mungkin diakibatkan si anak kurang tidur atau kehujanan saat pulang sekolah, akan tetapi dengan penuh kasi sayang orang tuanya memberi obat. Sesaat si anak tertidur pulas dan ketika terbangun penyakit pisik ini dimungkinkan sudah sembuh.
Beranjak bertambahnya umur dan bertambah pula lah keinginan, sehingga apabila tidak kendalikan keinginan ini membuat kepala menjadi pusing, membuat tidur tidak nyeyak, belum lagi ketika banyak permasalahan hidup yang tidak terselesaikan bisa membuat stres, pikiran menjadi kacau, kurang konsentrasi, pikiran melantur/ hatinya tidak pada tempatnya, turunya selerah makan, kurang merawat pisik. Sebagai seorang perokok akan bertambah merokoknya, bagi yang suka minuman keras akan bertambah keinginan minumnya, semua penyakit pikiran ini akan jelas berdampak kepada kesehatan pisik.
Lain halnya penyakit pisik dan penyakit pikiran, penyakit psikis/hati akan lebih akut sakitnya, seperti meminum racun yang menggrogoti semua aspek di dalam diri, baik itu berupa pisik, pikiran dan psikis/hati. Ketika hati kita disakiti orang lain, memang kita merasakan kecewa dan sakit hati, akan tetapi bukan kita saja sebenarnya yang sakit, tapi juga orang yang menyakiti kita. Watak Sejati atau Hati Nurani yang difirmankan Tuhan Yang Maha Esa kepadanya akan resah, berteriak di dalam hatinya bahwa itu ”perbuatan tidak benar... perbuatan tidak benar... perbuatan tidak benar...”, belum lagi pikiran bersalah yang menghantuinya. Saat hati ini disakiti memang terasa sakit dan bisa menimbulkan benci, akan tetapi tanpa di sadar sedang menanamkan racun kebencian, yang sangat merugikan dan apabila pupuk kebencian akan menimbulkan dendam, yang pada akhirnya merugikan diri kita sendiri dan orang lain. ”Sesungguhnya orang yang menyakiti hati orang lain itu akan lebih sakit hatinya dari apa yang kita rasakan, kalau diibaratkan beban sakit yang di rasakan bisa terasakan” dunia dan ahkerat ”
” di dalam mengasihi dan mencintai biasanya orang menyebelah ; di dalam menghina dan membenci biasanya orang menyebelah ; di dalam menjunjung dan menghormati biasanya orang menyebelah ; di dalam menyedihi dan mengasihani biasanya orang menyebelah; dan di dalam meremehkan dan menyepelekan biasanya orang menyebelah. Sesungguhnya orang yang dapat mengetahui keburukan pada yang disukai dan yang dapat mengetahui kebaikan pada yang tidak disukai, amat jarang dijumpai di dunia ini’.
(Sheng Ren Kong Zi)
Racun kebencian yang tertanam sehingga menjadi dendam ini dapat merusak segala aspek kehidupan; hubungan sesama tidak harmonis, gampang terpancing amarah, krisis kepecayaan kepada sesama manusia, selalu berfikiran negatif kepada sesamanya yang belum tentu itu suatu kebenaran, dan hati yang diliputi benci (geram) ini bisa-bisa membenarkan segala cara untuk mendapatkan keinginannya. Bagi yang tersakiti bukankah ini sangat merugikan ! Mungkin saat masalah terjadi bahwa kita di pihak yang benar, akan tetapi racun kebencian yang tertanam ini sering kali membuat hati tidak harmonis, jiwanya labil, gampang terpancing amarah/sedih dll. Keadaan seperti ini sangat disayangkan merusak diri kita sendiri dan pada akhirnya, tanpa disadari kita terkondisikan pada posisi yang salah.
BERLAPANG HATI MEMBUANG RACUN KEBENCIAN
“ Harta benda dapat menghias rumah, laku bajik menghias diri; hati yang lapang akan membawa tubuh sehat. Maka Seorang Berbudi Luhur/Susilawan senantiasa mengimankan tekad”
(Sheng Ren Kong Zi)
Kita sadari bahawa kebencian yang menimbulkan dendam hasil dari sebuah proses yang kita pupuk, seandainya saja awalnya kita mempunyai sifat berlapang hati saling memaafkan atas sebuah kesalahan serta berpasrah diri kepada sang maha perkasa “apa yang dari dirinya baik akan kembali baik” hal ini tidak akan terjadi, dan kebencian inipun sumbernya keinginan dan nafsu duniawi yang melampawi batas harmonis. Ingatlah ! bahwa yang hidup pasti akan mati dan kematianpun kita tidak akan tahu kapan terjadi dan yang di bawa atas kematian kita hanya amal kebajikan.
Sekarang saya akan mengajak semuanya untuk membuang Racun Kebencian !
“ Pejamkan mata dan tarik nafas dalam-dalam buang perlahan-lahan, kemudian tarik nafas dan buang secara perlahan-lahan, tarik nafas dan buang perlahan-lahan, biarkan udara itu mengisi semua tubuh kita sampai membuat pikiran kita tenang, kemudian katakan di dalam hati yang terdalam ;
KU BUANG RACUN KEBENCIAN...!
KU MEMAAFKAN KAMU...!
Dalam menyelesaikannya sangat mudah, hanya dengan satu kalimat, ”Aku memaafkanmu ” dengan setulus hati...!
Untuk proses kelapangan hati dan ketenangan jiwa selanjutnya, perbanyak ibadah dan sembahyang kepada yang Sang Maha Khalik dan yang tidak kalah pentingnya dengerin musik klasik serta melakukan hobi yang bermanfaat.
(JS. SUGIANDI)
Kamis, 15 Juli 2010
Cita-Cita Sederhana
NABI Khongcu pada usianya yang ke 50-an mengadakan pengembaraan ke berbagai Negara selama 13 tahun, semasa hidupnya pada jaman Chun Chiu (+/- 500 SM).
Dengan tujuan untuk menyebarkan ajaran “dengan Kebajikan melayani masyarakat, dimulai dari pembinaan diri yang selaras watak sejati, merukunkan keluarga, bertenggang rasa kepada sesama, mengasihi masyarakat, mensejahterakan Negara, dan turut mendamaikan dunia.” Sebagaimana tertulis dalam kitab Cung Yung/ Tengah Sempurna: “Firman Tuhan itulah dinamai Watak Sejati manusia, hidup mengikuti Watak Sejati itulah dinamai menempuh Jalan Suci, bimbingan menempuh Jalan Suci itulah dinamai Agama.” Dan didalam kitab Da-Xue/ Ajaran Besar tertulis: “Inti ajaran Da-Xue adalah menggemilangkan Kebajikan yang bercahaya, mengasihi rakyat, dan bertahan pada puncak kebaikan.”
Selama pengembaraan Beliau, berbagai pengalaman dan sabda-sabda Nya dibukukan oleh murid-muridnya ke dalam kitab suci Lun Yu / Sabda Suci (satu bagian dari kitab suci Se-Su/ Kitab yang Empat). Salah sebuah kisah perjalanan Nabi Khongcu yang cukup populer yang dicatatkan juga dalam San Ce Jing adalah Suatu ketika rombongan Guru dan murid melintasi sebuah desa, menemukan ditengah jalan ada seorang anak kecil berusia 7 tahun bermain benteng-bentengan dari tanah, menghalangi lintasan kereta kuda tumpangan Nabi Khongcu.
Lalu seorang murid menghampiri anak kecil yang bernama Xiang-Tuo itu, bermaksud memintanya minggir. Xiang-Tuo berargumen, “Ini adalah benteng saya, menurut logika, kereta kuda yang mengitari benteng, atau benteng yang menghindari kereta kuda?” Argumentasi tersebut disampaikan ke Nabi, lalu Nabi tertarik dan turun dari kereta kuda menghampiri anak kecil itu. Xiang-Tuo kembali berkata: ”Saya bersedia minggir, tetapi Tuan harus menjawab beberapa pertanyaan saya.” Dan Nabi menyanggupi. Xiang-Tuo memulai dengan pertanyaan: ”Mengapa angsa bisa mengeluarkan suara keras?” Nabi menjawab dengan enteng: ”Karena angsa punya leher yang panjang tentunya.” Xiang-Tuo tidak puas dan menimpali: ”Lalu kodok yang lehernya pendek mengapa juga bisa bersuara keras?” Xiang-Tuo kembali mengajukan pertanyaan: “
Jarak matahari pada pagi atau siang hari, mana lebih dekat ke kita?” Nabi menjawab lagi: ”Karena pagi hari udara terasa sejuk, dan siang hari udara terasa panas, maka matahari siang lebih dekat jaraknya ke kita.” Xiang-Tuo membantah lagi dengan argumennya: ”Kalau begitu kenapa ukuran matahari pagi terlihat lebih besar dibanding matahari pada siang hari?” Nabi tertegun dibuat oleh logika anak kecil itu, dan kemudian Ia pun berdialog cukup lama dengan Xiang-Tuo. Peristiwa ini dicatat oleh murid-murid Nya sebagai sebuah sikap keteladanan Nabi yang rendah hati. Beliau tetap tidak sombong atau menganggap remeh, sebaliknya memperlihatkan sifat ke- Nabi-an nya yang suka belajar dari siapa saja, meski kepada seorang anak kecil jua.
Nabi Khongcu sejak berusia 3 tahun telah kehilangan kasih sayang ayahnya yang meninggal dunia, sehingga masa kecil hidup dalam kemiskinan bersama Ibunda tercintanya, yang sangat bijaksana membesarkan Khong-Chiu (nama kecil Khongcu), dan berhasil menanamkan nilai-nilai kebajikan serta hobby belajar yang sangat kuat dalam diriNya. Semasa kecil Khong-Chiu banyak menderita dan pernah mengerjakan berbagai pekerjaan kasar, sehingga banyaklah keterampilanNya. Sejak usia 15 tahun telah kuat semangat belajarNya. Ia pernah bersabda: ”Aku bukanlah pandai sejak lahir, Aku hanya suka mempelajari kitab-kitab kuno, dan di waktu belajar Aku sampai lupa makan dan minum, di waktu mengajar Aku lupa akan perasaan capai. Cita-cita Ku hanya ingin membahagiakan orang yang sudah lanjut usianya, bersikap dapat dipercaya kepada kawan dan sahabat, dan mengasuh orang muda dengan penuh kasih sayang.”
Meski cita-cita Khongcu nampak sederhana, namun bila kita teliti kedalam diri kita, untuk melaksanakan salah satu saja dari ketiga cita-cita tersebut secara konsekwen, sudah sukarnya bukan main. Dan seandainya ketiga cita-cita tersebut dapat dilakukan setiap orang, tentu dunia akan damai sejahtera. Karena untuk membahagiakan orang tua, berarti kita selain bekerja keras mencukupi sandang pangannya, juga kita wajib menjaga sikap agar tidak mencemari nama baik orang tua. Sebagaimana disabdakan, “Berbakti kepada orang tua ada 3 tingkatan; yang terbesar dapat memuliakan orang tua, yang kedua tidak memalukan orang tua, dan yang paling bawah adalah hanya dapat memberi perawatan…Dengan berbakti kepada orangtua, adalah permulaan berbakti kepada Tuhan” (Kitab Kesusilaan)
Kemudian untuk bersikap dapat dipercaya kawan dan sahabat, berarti kita tepat janji dan suka membantu serta pemaaf. Sementara cita-cita ketiga mengasuh para muda dengan penuh kasih sayang, selain kita wajib mengajari, membimbing serta memberi perhatian, kita juga wajib menjadi teladan yang baik, yang berarti tidak berbuat hal-hal yang melanggar kesusilaan.
Demikianlah meski dengan 3 cita-cita sederhana, kiranya sudah mencakupi segala aspek kehidupan manusia agar hidup didalam Jalan Suci yang diridhoi Tuhan dengan tidak berbuat hal yang diluar kebajikan.
(Js.Drs.Rasmadi, MAKIN Medan-Sumut)
Sumber : Pontianak Post
Puasa Dalam Agama Khonghucu
Dalam agama Khonghucu, kita mengenal adanya ibadah berpuasa (Chai). Sebagaimana tertulis dalam Kitab Kesusilaan (Li-Ji) XXII yang berbunyi: “Ketika tiba waktu menaikan sembahyang, seorang Susilawan akan bersuci diri dengan cara berpuasa lahir bathin.
”Di dalam Kitab Tengah Sempurna (Zhong Yung) XV:3 juga tertulis: ”Maha besar Tuhan YME, demikianlah menjadikan umat manusia di dunia berpuasa membersihkan hati dan mengenakan pakaian lengkap, sujud bersembahyang kepada Nya, terasakan kehadiranNya diatas dan di kanan kiri kita.”Makna puasa dalam agama Khonghucu ada 2, yaitu: sebagai sarana mensucikan diri dalam persiapan melaksanakan sembahyang besar kepada Tuhan YME. Kedua, sebagai pelatihan mengendalikan diri agar selalu dapat menjaga perilaku, tutur kata, dan perbuatan yang tidak melanggar kesusilaan, sehingga jiwa kita sepenuhnya dapat kembali pada Cinta Kasih.
Nabi Khongcu bersabda ”Bila setiap orang dalam setiap hari dapat kembali kepada Kesusilaan, maka dunia akan kembali kepada Cinta Kasih.”Puasa dari bentuknya, Kita menggolongkan puasa menjadi 2 jenis, yaitu Puasa secara Rohani dan Puasa secara Jasmani.Puasa secara Rohani itu, wajib dilakukan secara terus menerus setiap saat oleh umat, wujudnya adalah : memegang teguh pada sikap yang membatasi diri terhadap 4 pantangan, yaitu “Tidak melihat yang tidak susila, tidak mendengar yang tidak susila, tidak membicarakan yang tidak susila, dan tidak melakukan yang tidak susila.” Sementara Puasa secara Jasmani, ada beberapa bentuk, secara garis besarnya adalah Berpantang makan daging (vegetarian) secara berkala pada hari sembahyang tertentu, Berpantang makan daging secara permanen. Puasa penuh, tidak makan dan minum dari pagi sampai sore pada hari sebelum melakukan sembahyang besar.
Perlu menjadi catatan, bahwa pada saat melaksanakan Puasa secara Jasmani itu, tidak boleh meninggalkan Puasa Rohaninya.
Secara lebih detail Puasa secara Jasmani, dalam perkembangan kehidupan masyarakat umat Khonghucu, dikenal beberapa bentuk yang lazimnya dilaksanakan dalam beberapa tingkatan, yaitu:
- Yue Lo Chai : Berpantang daging pada hari pertama setiap bulan Imlek (Lunar)- Cheng Huang Chai: Berpantang daging pada hari ke-1 dan ke-15 setiap bulan Imlek.- Kuan In Chai: Berpantang daging pada hari ke-2, ke-6, dan ke-9 tiap bulan Imlek.- Tsao Wang Chai: Berpantang daging pada hari ke-1, ke-3, ke-5, ke-6 tiap bulan Imlek.- Chin Huang Chai: Berpantang daging selama 9 hari penuh pada bulan ke-9 Imlek, atau 1 bulan penuh.- Chang Chai: Berpantang daging, minuman keras, bawang putih secara terus menerus, dan bilamana hal itu dapat dilaksanakan selama 3 tahun berturut-turut, disebut “Chang Su/ Mutih”. Yang dilakukan dalam bersuci diri itu ialah mensucikan yang tidak suci sehingga semuanya suci. Karena itu seorang Susilawan kalau tidak ada urusan besar, kalau tidak benar-benar didorong oleh rasa sujud dan hormat, ia tidak mencoba penyucian diri ini. Bila ia tidak sedang bersuci diri, ia tidak was-was terhadap pengaruh benda-benda, ia juga tidak menghentikan berbagai kegemaran dan keinginan yang positif.
Tetapi setelah ia bermaksud bersuci diri, ia lalu mawas terhadap segala pengaruh benda-benda yang menyesatkan dan dikendalikan berbagai kegemaran dan keinginannya. Telinganya tidak mendengarkan musik; seperti yang tertulis di dalam kitab Kesusilaan, “Bahwa orang yang bersuci diri, tiada musik baginya.”Ayat ini hendak mengatakan bahwa ia tidak berani membiarkan citanya. Hati tidak berani memperturuti pikiran sia-sia, ia mesti memadukan diri didalam Jalan Suci. Ia tidak membiarkan kaki tangannya melakukan gerak langkah yang sia-sia, tetapi memadukannya di dalam kesusilaan. Ia benar-benar berusaha luas sempurnakan sari dan kecerahan kebajikannya.Di dalam Kitab Sabda Suci (Lun Yu) X:7 tertulis :”Pada waktu bersuci diri selalu mengenakan pakaian kain linen yang bersih. Pada waktu bersuci diri, macam makan Nabi Khongcu diubah, demikian pula tempat duduk-Nya berpindah dari tempat duduk biasa.”Pada saat menjelang sembahyang besar “Cing Thien Kong/ Pai Thi Kong” Berpantang daging dan berpuasa 1 hari setelah merayakan Tahun Baru Imlek, pada tanggal 2 s/d 8 bulan pertama Imlek, dengan cara seperti berikut :* Pada tanggal 2 s/d 7 bulan pertama Imlek, makannya tanpa daging.* Pada tanggal 8 bulan pertama Imlek dilakukan puasa penuh dari pukul 05.30 s/d pukul 22.00. Sebelumnya pada sore harinya tanggal 8 tersebut saat mandi keramas.* Tepat pada pukul 21.00 saat dimulai sembahyang besar s/d pukul 22.00* Selesai sembahyang baru dimulai berbuka puasa dengan makanan tanpa daging.
Sumber : Pontianak Pos
8 x 3 = 23!
Sang Guru Bijak mempunyai banyak murid yang datang dari berbagai latar belakang sosial, etnis dan agama. Tak pernah ia menolak calon murid. Syaratnya harus sungguh-sungguh belajar. Ia kecewa terhadap murid yang malas.
SI PUTIH adalah murid terpandai Sang Guru Bijak. Suatu hari ia ditantang murid yang paling bodoh. “Putih, kalau kamu memang pandai, coba jawab berapa 8 x 3 itu?”
Secara spontan Putih langsung menyebut angka 24.
“Salah”, kata si Bodoh. “Yang benar adalah 23!”
Tak lama kemudian kedua murid tersebut berdebat tiada habisnya. Masing-masing mempertahankan kebenarannya sendiri. Masing-masing berkeras dan tak ada yang mau mengalah. Tak tahan berdebat berkepanjangan, si Bodoh lalu menantang Putih bertaruh, “Begini Putih, seandainya 8 x 3 = 24, kamulah yang benar. Aku rela menggorok batang leherku sendiri. Namun kalau yang benar ternyata 23, kamu harus mencopot topimu”.
Berusaha mencegah pertaruhan itu, Si Putih berkata, “Saudaraku, tiada gunanya pertaruhan ini. Saya tidak mau kamu menjadi korban sia-sia”.
Si Bodoh tetap bertekad meneruskan pertaruhan itu dan bahkan meminta Sang Guru Bijak menjadi wasit. “Apa yang Guru katakan, itulah kebenaran,” lanjut si Bodoh.
Dengan lesu tak bersemangat Si Putih pun terpaksa menuruti permintaan saudara seperguruannya itu. Keduanya lalu menghadap Gurunya dan menceritakan kembali jalannya perdebatan antara mereka. Sang Guru pun tersenyum, mengangguk-angguk lalu berkata bahwa 8 x 3 = 23!
Betapa kecewanya Si Putih. Saat itu respeknya pada Sang Guru merosot ke titik terendah. Ia merasa dibohongi orang yang selama ini begitu dihormati dan dijunjung amat tinggi. Dengan kesal, marah dan amat kecewa, ia lalu membanting topinya. Setengah berteriak Ia pun berkata, “Lebih baik aku pulang ke kampung, hidup dengan kejujuran, keluguan dan kesederhanaan, ketimbang hidup di tengah-tengah kebohongan, kemunafikan dan kepura-puraan.”
Melihat reaksi Putih, Sang Guru tetap saja tersenyum. Lalu dengan suara lembut beliau berkata, “Kalau kamu memang sudah bertekad mundur dan pulang ke kampung, aku tidak bisa mencegah. Namun, kalau kamu masih mau mendengarkan, dengarlah nasihatku ini: sekiranya dalam perjalanan pulang nanti terjadi hujan yang sangat lebat, hati-hatilah. Jangan bernaung di bawah pohon besar, karena pohon itu akan tumbang dan menimpamu.”
Sambil ngedumel tak jelas, Putih pun langsung keluar pergi tanpa sempat mengucapkan kata pamit kepada gurunya. Ia begitu marah dan kecewa. Sifatnya berubah total saat itu.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba cuaca berubah drastis. Langit yang semula cerah, terang benderang, mendadak berubah hitam pekat. Kilat menyambar-nyambar, guntur berkelebat. Hujan deras pun seolah-olah ditumpahkan dari langit. Hati Putih tercekat dan kala matanya melihat ada sebuah pohon besar di atasnya, secara refleks ia pun menghindar. Pada saat itu pohon besar itu tumbang dengan diiringi suara yang amat gemuruh. Putih bergidik dan menghela nafas. Hampir saja nyawanya melayang meninggalkan raganya.
Setelah lepas dari kagetnya, Putih pun tersadar bahwa Sang Guru benar-benar bukan manusia sembarangan, tapi manusia luar biasa yang mampu membaca apa yang akan terjadi. Putih pun lantas berbalik kanan. Tidak jadi pulang kampung, tapi kembali lagi ke rumah Sang Guru, untuk memohon maaf dan mohon diterima kembali sebagai murid Sang Guru Bijak yang ternyata amat arif bijaksana.
Di depan pintu rumah, gurunya ternyata sudah menunggunya sambil tersenyum dan mengelus-elus jenggotnya yang panjang. Putih pun terkesima. Sebelum sempat ia mengucap sepatah kata pun, gurunya berkata, “Putih, Putih, 8 x 3 ya 24! Namun, seandainya tadi kukatakan 8 x 3 = 24, kamu akan menyesal seumur hidupmu. Kamu akan merasa menjadi pembunuh bagi saudararnu sendiri. Sepanjang hayat penyesalan apa pun tidak ada gunanya. Hidupmu akan tersiksa selamanya. 8 x 3 = 24 hanyalah kebenaran kecil, kebenaran matematis. Namun 8 x 3 = 23 dalam konteks tadi adalah Kebenaran Besar, karena menyangkut nyawa manusia. Nyawa saudaramu sendiri.”
Sang murid terperangah dan menunduk malu. “Ingatlah muridku, hidup ini penuh warna. Setiap warna mempunyai arti tersendiri. Namun, tidak semua bisa dibaca dengan mata biasa. Harus dibaca dengan kejernihan mata hati, kebesaran jiwa, kelapangan dada. Kalau hanya soal hitam putih, semua orang pasti bisa membedakannya. Ka1au sudah beraneka warna, sungguh sulit dan rumit untuk mengatakan manakah yang lebih indah, mana kurang baik. Demikian pula soal kebenaran. Dengan mudah, jelas, Ia akan mudah dibedakan dengan kejahatan. Namun, acapkali persoalannya menjadi kabur kala kebenaran versi satu berhadapan dengan versi lainnya. Di sinilah kejernihan mata hati yang harus menentukan. Renungkanlah muridku.”
Putih pun merenung, belajar dan belajar. Pada akhirnya, jadilah dia murid terbaik dari semua murid Sang Guru Bijak. Sayang Putih berumur pendek. Kematiannya di usia muda amat mendukakan Sang Guru, yang sudah menggadang-gadangkannya menjadi penerusnya.
Sumber : Pontianak Pos
Orang Jenius
Orang jenius adalah yang mampu mengoptimalkan fungsi otak kiri n kanan.
Tentu anda pada tahu dong, bahwa otak kiri dan kanan memiliki fungsi kerja yang berbeda-beda.
contohnya, dalam urusan imaginasi dan berbahasa otak kanan lah yang paling dominan untuk kerja sedangkan otak kiri diserahkan urusan hitung menghitung (pokoke yang berbau matematik deh). Artinya; misalnya anda mo ulangan matematika, maka anda harus mempersiapkan otak kiri dan menjadikan otak kiri tersebut dominan dalam bekerja. sedangkan, ketika mo buat karya seni, ya... sebaliknya anda harus mempersiapkan otak kanan untuk dapat optimal dan mendominasi kerja otak kanan...
Dalam ilmu science, ditemukan bahwa sebenarnya dalam saat yang sama kita melakukan aktivitas, otak kita (yang bagian kiri dan kanan) itu tidak bekerja secara bersamaan. artinya, salah satu ada yang menjadi leader dan berfungsi secara dominan. dan tiap beberapa menit (kalo gak salah tiap 30 menit, sorry agak lupa), bagian otak kita berganti peran... misalnya dari otak kiri yang dominan menjadi otak kanan yang dominan...
Caranya dengan menghela nafas kita dari salah satu lubang hidung
Lohh koq bisa??
Bisalah..nihh 1 fakta ttng otak
otak kita mengatur semua organ tubuh kita secara silang. artinya; otak kanan akan mengatur bagian tubuh bagian kiri dan otak kiri akan mengatur bagian tubuh sebelah kanan...
Ketika anda menutup lubang hidung bagian kanan, kemudian menghela nafas panjang, tahan kemudian keluarkan (dilakukan untuk beberapa saat) artinya anda sedang memberikan oksigen pada otak bagian kanan. sehingga otak bagian kanan akan memiliki energi yang cukup untuk mendominasi kerja. atau bahkan, dengan supply oksigen yang cukup maka otak kanan akan bekerja secara optimal.
Dan sebaliknya, ketika anda menutup lubang hidung bagian kiri, kemudian menghela nafas panjang, tahan kemudian keluarkan artinya anda sedang memberikan oksigen pada otak bagian kiri sehingga otak bagian kanan akan memberikan cukup energi untuk bekerja.
untuk mengoptimalkan otak kanan tutup hidung kanan agar hidung hidung kiri yang bekerja
untuk mengoptimalkan otak kiri tutup hidung kiri agar hidung kanan yg bekerja
ingat tahan nafas sekuat anda,tapi harus rileks n nikmati buangan nafasnya..
contoh
Ketika anda akan ulangan matematika, tentunya anda ingin otak kiri agan membantu tugas ini dan bekerja secara optimal. artinya anda harus memberikan energi kepada otak bagian kiri ini untuk dapat beroperasi dengan baik... caranya, tutup lubang hidung bagian kiri dan mulailan menghirup oksigen dalam-dalam, tahan dan keluarkan secara perlahan... dan lakukan secara berulang2. Hal ini dapat mengaktifkan otak bagian kiri anda dan menjadikannya optimal, serta memberikan tanda kepada otak bagian kanan untuk beristirahat sejenak ketika otak kiri akan bekerja.
Sebaliknya ketika anda akan membuat puisi buat pacar (mo ngegombal gitu yaa)atau lgi nyotosop, tentunya anda ingin otak kanan anda membantu tugas ini dan bekerja secara optimal. artinya agan harus memberikan energi kepada otak bagian kanan ini untuk dapat beroperasi dengan baik... caranya, tutup lubang hidung bagian kanan dan mulailan menghirup oksigen dalam-dalam, tahan dan keluarkan secara perlahan... dan lakukan secara berulang2. Hal ini dapat mengaktifkan otak bagian kanan anda dan menjadikannya optimal, serta memberikan tanda kepada otak bagian kiri untuk beristirahat sejenak ketika otak kanan akan bekerja.
otak itu kan tidak dua, selain otak kiri dan kanan, juga ada otak tengan [midbrain] yang berfungsi untuk keseimbangan otak kiri dan kanan...saat ini kehebatan otak tengah sedang jadi perbincangan...karena otak tengah ini mampu memfungsikan fungsi berfikir dari manusia...orang yang telah memfungsikan otak tengahnya, ada yang bisa berjalan dengan di tutup mata, menggambar dll. Otak ini lebih baik di fungsikan saat usia anak golden age [usia emas] antara 0-5 tahun dan usia sekolah [6-15 tahun] ...