Kamis, 28 Oktober 2010

Sembahyang Zhong Yuan (Chit Gue Pua)

Oleh Js.Ir.Djohan Adjuan

HARI sembahyang besar dalam agama Khonghucu, bulan ke-7 tanggal 15 Imlek (Chit gue pua), diadakan Sembahyang kepada Arwah Leluhur. Dan tanggal 29 bulan 7 Imlek juga diadakan Sembahyang Arwah Umum, yaitu arwah gentayangan yang tidak mendapat persembahyangan dari sanak keluarganya (disebut juga hari Ching He Phin/ King Ho Peng).
Makna dari kedua hari sembahyang tersebut diatas adalah merupakan: (1) sembahyang penghormatan arwah dan pengenangan kembali atas kebajikan semasa hidup para leluhur, (2) juga berdoa kepada Thian/Tuhan YME, semoga berkenan memberikan tempat yang tenteram damai dalam cahaya kemuliaan nan suci dalam Kebajikan Tuhan. (3) juga merupakan perwujudan dari perilaku Berbakti.
Makna Bakti itu sangat luas dijabarkan dalam agama Khonghucu. Di dalam Kitab Bakti/ Xiao Jing tertulis : ”Mendidik rakyat untuk saling mangasihi, tiada jalan yang terbaik dari pada menanamkan budaya berbakti. ….Perilaku Berbakti itu ialah pokok kebajikan, dari padanya agama berkembang. Maka seorang Susilawan mengutamakan Pokok; sebab setelah pokok itu tegak, niscaya jalan suci akan tumbuh, perilaku berbakti dan rendah hati adalah perwujudan dari Cinta Kasih dan Kebajikan…. Hal tubuh, anggota badan, rambut dan kulit, diterima dari ayah dan bunda, maka perbuatan kita tidak membiarkannya rusak adalah permulaan berbakti. Menegakkan diri hidup melaksanakan Jalan suci/Dao, meninggalkan nama baik di jaman kemudian sehingga memuliakan ayah dan ibu, itulah akhir perilaku berbakti…..berbakti itu dimulai dengan mengabdi kepada orang tua, selanjutnya mengabdi kepada pemimpin, dan akhirnya menegakkan diri”.
Nabi Khongcu bersabda: ”Langit mempunyai ketertiban, bumi mempunyai kebenaran dan manusia mempunyai perilaku. Maka ketertiban langit dan bumi itu menjadi teladan rakyat. Oleh terang langit, bumi menjadi subur dan memberi kemakmuran. Sungguh besarlah makna berbakti itu, bila itu terlaksana, maka dalam mendidik tidak diperlukan kekerasan akan berhasil; dan dalam pemerintahan akan tertib terselenggara tanpa perlu penerapan hukum yang menyiksa. ” Didalam kitab Kesusilaan/ Lee Ji tertulis :”… Rumah tangga tidak diatur baik-baik, itu tidak berbakti; Mengabdi pada pimpinan tetapi tidak setia, itu tidak berbakti; Menjalankan kewajiban dalam jabatan tidak dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, itu tidak berbakti; Dalam persahabatan tidak dapat dipercaya, itu tidak berbakti; Bertugas dalam medan perang tetapi tidak ada keberanian, itu tidak berbakti; bila tidak dapat melaksanakan 5 perkara itu, berarti mencemarkan nama baik orang tua, maka beranikah tidak bersungguh-sungguh?”…”Memotong pohon ataupun hewan tidak pada waktunya (yang belum berkembang biak) itu juga perbuatan yang tidak berbakti.”
Nabi Khongcu bersabda: ”Diantara watak-watak yang terdapat antara langit dan bumi, sesungguhnya manusialah yang termulia. Diantara perilaku manusia, yang termulia adalah berbakti. Diantara perilaku berbakti, yang termulia adalah menaruh hormat kepada orang tua. Dan wujud hormat pada orang tua, tiada yang lebih mulia daripada bersujud hidup selaras dengan firman Thian”.
“Adapun yang dinamai berbakti itu ialah dapat melanjutkan cita-cita mulia dan dapat mengikuti usaha mulia dari leluhurnya” (Cung Yong XVIII:2) Dalam hal orang tua berbuat salah, (Nabi Khongcu mengajarkan) sebagai anak wajib mengingatkannya, tetapi dengan lemah lembut. Bila tidak didengar juga, maka bersikaplah lebih hormat lagi dan jangan melanggar (kurang ajar). Meskipun bercapai lelah, janganlah menggerutu.
Perilaku berbakti kepada orang tua adalah tidak melanggar kesusilaan; “Pada saat hidup, layanilah dengan kesusilaan, saat meninggal dunia, makamkanlah sesuai dengan kesusilaan dan sembahyangilah sesuai kesusilaan”.(Lun Yi II:5)
Dalam berkata ingatlah akan orang tuamu, ingat akan leluhurmu. Maka dengan bersembahyang kepada arwah leluhur menjadikan orang senantiasa ingat akan tanggung jawabnya kepada yang telah mendahulu. Ia akan membina diri, hati-hati dalam perbuatan dan takut menodai mereka yang telah mendahulu. Dengan hormat kepada leluhur, berarti pula hormat satya kepada Thian, membawa perbuatannya berkenan kepada Thian sehingga boleh membawa berkah bagi dunia.
Demikianlah pada bulan 7 tanggal 15 Imlek, dilakukan sembahyang kepada arwah leluhur, dan tanggal 29 bulan tujuh Imlek dilakukan pula sembahyang kepada segenap arwah umum yang telah mendahulu dan semuanya hendaklah meneguhkan iman kita satya melaksanakan Firman Thian, berperi cinta kasih, tenggang rasa kepada sesama mahluk hidup serta menyayangi lingkungan alam sekitar. Janganlah melupakan pendahulu kita meski telah jauh terpisah oleh alam yang berbeda. Perbuatan yang selaras dengan firman Thian itu akan banyak membawa berkah.(Penulis pengurus MAKIN Medan)

Sumber : Pontianak Post

Read More......

Imajinasi yang Kaprah

CERITA ini mengenai peristiwa banjir yang disalah-pahami dalam mengatisipasinya. Kisahnya sbb; Diawali hujan lebat yang terus-menerus, tanpa henti selama beberapa hari, ditambah lingkungan alam yang sudah rusak akibat ulah tangan-tangan tak bertanggung jawab,

maka tak pelak air mulai meluap dari sungai dan menggenangi hunian. Sedikit demi sedikit namun pasti, air meninggi menenggelamkan segala yang ada.Diantara bangunan yang ada, sebut saja sebuah “tempat ibadah”, tidak luput dari genangan banjir yang memang tidak pandang bulu. Menghadapi situasi yang demikian, penjaga “tempat ibadah” tersebut melakukan doa agar Tuhan kiranya dapat menyelamatkan “tempat ibadah” serta dirinya yang telah sekian lama ‘mengabdi’.

Waktu terus berjalan dan banjirpun kian meninggi; radio, televisi, memberitakan bahwa ramalan cuaca BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) mengisyaratkan keadaan bisa semakin buruk. Kepala desa, segera memberi perintah pamongnya memukul kentongan sebagai tanda bahaya serta lewat pengeras suara berkeliling mengumumkan agar penduduk segera mengungsi. Mendengar pengumuman agar mengungsi, penjaga “tempat ibadah” itu merasa berat meninggalkan “tempat ibadah” yang selama ini sudah menjadi ‘rumahnya’, maka iapun berdoa kepada Tuhan dengan penuh pengharapan agar hujan dihentikan, banjirpun segera surut. Air sudah meninggi hingga atap rumah, tim SAR (penyelamat) yang diterjunkan bekerja keras mengevakuasi penduduk berlomba dengan meningginya air. Namun penjaga “tempat ibadah” itu tetap bertahan karena dia percaya bahwa Tuhan tentu mendengar doanya dan akan mengabulkan apa yang dia minta, sebagai imbalan pengabdiannya.

Akhirnya, banjir betul-betul menenggelamkan semua yang ada, termasuk penjaga “tempat ibadah” yang tidak mau meninggalkan ‘rumahnya’ itu. Kasihan, dia tenggelam pada “imajinasi”nya, dia tidak menyadari bahwa sesungguhnya Tuhan mendengar doanya dan sudah ‘memberitakan’ melalui pemberitaan radio maupun televisi akan bahaya banjir tersebut, bahkan Tim SAR pun sudah ‘diperintahkan’ untuk menyelamatkannya. Namun semuanya tidak ditanggapi bahkan ditolaknya.
Bahaya yang datang oleh ujian Thian, dapat dihindari; Tetapi bahaya yang dibuat sendiri, tidak dapat dihindari.(Bingcu IV A ; 8)
Dengan ceritera di atas, nampak sekali bahwa merasa ‘mempunyai agama’ (having religion), bukan selalu berarti telah memiliki pemahaman yang benar terhadap kebenaran yang diajarkan agama. Dalam beberapa hal memang kita menyalah-artikan, apa yang dipandang sebagai ‘pertolongan Tuhan’ lewat satu dan lain cara. Lebih-lebih, jika terperangkap ‘imajinasi pertolongan Tuhan’ dalam angan-angan kita. Seakan-akan, Tuhan pasti menolong kita dari sesuatu bencana, menurut ‘apa yang kita harapkan’. Disinilah letak kesalahan bahkan kesalahan yang kaprah, seolah-olah Tuhan harus mengikuti keinginan kita bahkan harus menurut perintah kita. Padahal melalui tanda-tanda alam Tuhan telah mengirim sinyal-sinyal, kita sendirilah yang kadang-kadang tidak dapat memahaminya. Kita perhatikan kejadian akbar baru-baru ini, bencana stunami. Diceriterakan oleh banyak kalangan tidak ada gajah, kelinci ataupun kerbau yang mati oleh gelombang tsunamai kecuali binatang itu terperangkap di dalam kandangnya. Mereka telah dapat membaca tanda-tanda alam sehingga mereka dapat lari menghindari bencana. Inilah yang oleh rasul Bingcu diingatkan, bahwa sesungguhnya ‘kesalahan’ fikiran atau keinginan kita sendirilah yang justru menjerumuskan kita pada bencana. Padahal, sesungguhnya, seorang yang memiliki iman akan Tuhan, harusnya memiliki keyakinan, bahwa sesungguhnya Tuhan itu tidak mungkin kita ‘gambarkan’ seperti ‘imajinasi’ kita.
Sungguh Maha Besar Kebajikan Tuhan Yang Maha Roh (Kwi Sin);
Dilihat tiada tampak, didengar tiada terdengar, namun tiap wujud tiada yang tanpa Dia. Adapun kenyataan Tuhan Yang Roh tak boleh diperkirakan, lebih-lebih tidak dapat ditetapkan (Tiong Yong XV)Maka hendaknya kita benar-benar tulus mengimani akan Hakekat Tuhan, menjalani apa yang Tuhan inginkan, bukannya mengharapkan Tuhan mengikuti apa yang kita inginkan. Dengan demikian kita mampu mengamalkan kebenaran agama itu secara benar dan menjadi seorang yang beriman dengan benar ( being religious )

Sumber : Pontianak Post

Read More......

Rabu, 27 Oktober 2010

Apa yang Kita sombongkan ??

Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang benih-benihnya selalu kerap muncul tanpa kita sadari.


Di tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.

Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain. Di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor kebaikan. Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.

Akar dari kesombongan ini adalah ego yang berlebihan. Ego menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri (self-esteem) dan kepercayaan diri (self-confidence). Akan tetapi, begitu kedua hal ini berubah menjadi kebanggaan (pride), Anda sudah berada sangat dekat dengan kesombongan. Batas antara bangga dan sombong tidaklah terlalu jelas.

Kita sebenarnya terdiri dari dua kutub, yaitu ego di satu kutub dan kesadaran sejati di lain kutub. Pada saat terlahir ke dunia, kita dalam keadaan telanjang dan tak punya apa-apa. Akan tetapi, seiring dengan waktu, kita mulai memupuk berbagai keinginan, lebih dari sekadar yang kita butuhkan dalam hidup. Panca indra kita selalu mengatakan bahwa kita memerlukan lebih banyak lagi.

Perjalanan hidup cenderung menggiring kita menuju kutub ego. Ilusi ego inilah yang memperkenalkan kita kepada dualisme ketamakan (ekstrem suka) dan kebencian (ekstrem tidak suka). Inilah akar dari segala permasalahan. Perjuangan melawan kesombongan merupakan perjuangan menuju kesadaran sejati. Untuk bisa melawan kesombongan dengan segala bentuknya, ada dua perubahan paradigma yang perlu kita lakukan.

Pertama, kita perlu menyadari bahwa pada hakikatnya kita bukanlah makhluk fisik, tetap makhluk spiritual. Kesejatian kita adalah spiritualitas, sementara tubuh fisik hanyalah sarana untuk hidup di dunia. Kita lahir dengan tangan kosong, dan (ingat!) kita pun akan mati dengan tangan kosong. Pandangan seperti ini akan membuat kita melihat semua makhluk dalam kesetaraan universal. Kita tidak akan lagi terkelabui oleh penampilan, label, dan segala "tampak luar" lainnya. Yang kini kita harus lihat adalah "tampak dalam". Pandangan seperti ini akan membantu menjauhkan kita dari berbagai kesombongan atau ilusi ego.

Kedua, kita perlu menyadari bahwa apa pun perbuatan baik yang kita lakukan, semuanya itu semata-mata adalah juga demi diri kita sendiri. Kita memberikan sesuatu kepada orang lain adalah juga demi kita sendiri. Dalam hidup ini berlaku hukum kekekalan energi. Energi yang kita berikan kepada dunia tak akan pernah musnah. Energi itu akan kembali kepada kita dalam bentuk yang lain. Kebaikan yang kita lakukan pasti akan kembali kepada kita dalam bentuk persahabatan, cinta kasih, makna hidup, maupun kepuasan batin yang mendalam. Jadi, setiap berbuat baik kepada pihak lain, kita sebenarnya sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri.
Kalau begitu, apa yang kita sombongkan?

sumber : gemaku.

Read More......

Selasa, 26 Oktober 2010

8 hal yang bisa menurunkan kekebalan tubuh

Dikutip dari Prevention, Rabu (6/10/2010) ada 8 hal yang bisa menurunkan kekebalan tubuh, yaitu:

1. Sering begadang

Mengurangi waktu tidur akan memiliki efek merugikan yang kuat terhadap imunitas, hal ini karena jam tidur yang kurang dikaitkan dengan menurunnya fungsi sistem kekebalan tubuh dan mengurangi jumlah sel-sel yang berfungsi melawan kuman. Peneliti dari University of Chigago menemukan orang yang tidur 4 jam, hanya akan menghasilkan antibodi sebanyak 50 persen saja di dalam darahnya.

2. Bertindak pesimis

Sebuah studi dari UCLA menemukan mahasiswa yang memulai semester pertamanya dengan optimistis memiliki sel T yang lebih banyak, sehingga dapat memperkuat respons imun dan menguatkan sel-sel pembunuh alami di dalam tubuh. Hal ini disebabkan ia akan sedikit mengalami stres yang membuat ia memiliki kesehatan yang baik.

3. Selalu merasa tertekan dan stres

Stres dan tekanan kronis yang diterima setiap hari tidak hanya membuat pekerjaan menjadi tidak nyaman, tapi juga merugikan aspek kesehatan termasuk kekebalan tubuh. Jenis stres yang dialami dapat menyebabkan penurunan kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Karena itu cobalah temukan cara untuk mengurangi stres, seperti pergi ke suatu tempat, melakukan yoga atau melakukan hal-hal yang menyenangkan.

4. Selalu meminjam pulpen atau barang dari orang lain

Kuman sangat mudah lewat dari tangan ke tangan, karena itu hindari menyentuh objek-objek umum seperti pena atau yang lainnya agar dapat mengurangi risiko terkena flu atau penyakit menular yang bisa mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.

5. Selalu menggunakan kendaraan saat pergi kemanapun

Seseorang yang selalu menggunakan kendaraan dan tidak pernah berjalan akan membuat dirinya lebih rentan sakit dan turunnya kekebalan tubuh dibandingkan dengan orang yang berjalan secara teratur. Para ahli menuturkan berjalan atau aerobik selama 30 menit dapat membuat sel-sel darah putih kembali ke sirkulasi dan sistem kekebalan tubuh kembali lebih lancar.

6. Memiliki teman yang perokok

Seperti diketahui asap rokok yang terhirup bisa berbahaya bagi tubuh, termasuk sistem kekebalan tubuh seseorang. Karena itu sebisa mungkin menghindari paparan asap rokok ketika menghabiskan waktu dengan seorang perokok.

7. Sering mengonsumsi antibiotik

Peneliti menemukan pasien yang mengonsumsi antibiotik tertentu dapat mengurangi jumlah sitokin (hormon pembawa pesan dari sistem kekebalan tubuh). Sehingga ketika sistem kekebalan tubuh ditekan, seseorang akan lebih mudah mengembangkan bakteri resisten. Untuk itu sebaiknya tidak mengonsumsi sembarangan antibiotik, kecuali diresepkan oleh dokter.

8. Memiliki kepribadian yang serius

Peneliti mengungkapkan emosi positif yang dihubungkan dengan tertawa bisa menurunkan hormon stres dan meningkatkan sel-sel kekebalan tertentu serta mengaktifkan yang lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Loma Linda University School of Medicine mendapatkan orang dewasa sehat yang menonton video lucu selama satu jam akan mengalami peningkatan yang signifikan dalam hal aktivitas sistem kekebalan tubuh.

Read More......

Kamis, 21 Oktober 2010

confucius, confucian connfusianism

Ketika kita melihat Profile teman-teman kita di facebook dan membuka Tab infonya tentu kita dapat menemukan sebuah kolom dengan nama "Religious Views" atau "Agama" dalam bahasa Indonesia. Tapi koq banyak teman kita yang mengisikan kolom tersebut dengan "Confusius". Tahukah kalian klo Confucius itu bukan agama. Berikut perbedaan Confucius, Confucian, dan Confusianism:



Confucius

Confucius adalah seorang guru atau orang bijak yang terkenal dan juga filsuf sosial Tiongkok. Filsafahnya mementingkan moralitas pribadi dan pemerintahan, dan menjadi populer karena asasnya yang kuat pada sifat-sifat tradisonal Tionghoa. Oleh para pemeluk agama Kong Hu Cu, ia diakui sebagai nabi. Confucius merupakan pelafalan dari orang barat yang tidak bisa mengatakan Kongfuze. Di Indonesia Confucius dikenal dengan Nabi Kongzi atau Nabi Khongcu.

Jadi jelas Confucius bukanlah agama melainkan seorang Tokoh yang mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan.

Confucian

Confucian atau Konfusian atau Konfusianis merupakan pengikut dari ajaran yang diajarkan Confucius atau Nabi Kongzi. Jadi Confucian merupakan umat yang mempelajari dan menjalankan ajaran dari Confucius.

Confucianism

Confucianism atau Konfusianisme. Dalam bahasa Indonesia Sufiks(akhiran) -isme berasal dari Yunani -ismos, Latin -ismus, Perancis Kuna -isme, dan Inggris -ism. Akhiran ini menandakan suatu faham atau ajaran atau kepercayaan. Jadi Confucianism atau Konfusianisme merupakan
suatu ajaran dari Confucius atau Nabi Kongzi mengenai kemanusian, nilai penting pembelajaran, hormat kepada orang tua(termasuk leluhur), perdamaian, dan keadilan yang dipengaruhi budaya China dan memiliki pengaruh besar terhadap sejarah dan kebudayaan di Asia Timur. Nah ajaran inilah yang disebut sekarang ini sebagai agama Khonghucu yang berakar dari ajaran Ru yang sudah ada sebelum zaman Nabi Kongzi(551 SM - 479 SM).


Jadi, sekarang kita sudah tahu apa yang seharusnya kita isi pada kolom agama tersebut. Kita dapat mengisinya dengan "Confucianism" "Ru Jiao(Ajaran Ru) atau "Khonghucu" karena kita tinggal Indonesia.

Selain itu DIBERITAHUKAN juga kepada kalian yang sudah berusia 17 tahun bahwa pada kolom agama di KTP sekarang ini sudah bisa kita isikan dengan agama KHONGHUCU dan DIHIMBAU kepada yang sudah memiliki KTP namun belum tertuliskan Khonghucu segera menggantinya tanpa harus menunggu kadaluarsa dari KTP tersebut.

Apabila ada yang dipersulit dalam pembuatan KTP-nya, anda dapat menghubungi MATAKIN atau MAKIN-MAKIN setempat atau bisa juga Reply tulisan ini.

sumber :

http://www.meandconfucius.com/2010/10/confucius-bukan-agama.html

Read More......

Kamis, 14 Oktober 2010

EMPAT YANG JODOH

1. Gan Yan

Alias Gan Hwee, di sebut juga Cu Yan, di beri gelar Hok Sing atau Yang Pulang kepada NABI. Ia seorang negeri Lo. Murid yang terkasih, 30 tahun lebih muda dari NABI. Dan telah menjadi murid sejak usia sangat muda.

Ia seorang yang sangat cerdas dan tekun belajar dan sungguh-sungguh mampu melaksanakan ajaran yang di berikan NABI. Sayang usianya pendek, usia 29 tahun rambutnya sudah putih dan tiga tahun kemudian meninggal dunia.

Ia seorang yang cinta persaudaraan sehingga kurang menyetujui sifat Cu Lo yang hanya menganggungkan keberanian dan Cu khong yang hanya menunjukkan kepandaian bicaranya..

2. Cing Cham

Alias Cu I, di sebut Cingcu. Ia seorang dari Bu Jiang. 46 tahun lebih muda dari NABI. Ketika berusia 16 tahun ia di kirim ayahnya ke negeri Cho untuk belajar kepada NABI yang saat itu di sana. Ia adalah orang kedua setelah Gan Yan. Tentang Cingcu, Cu Khong berkata,

“Tiada perkara yang tidak di pelajari. Wajahnya penuh hormat, kebajikannya kokoh, kata-katanya dapat dipercaya. Di hadapan para pembesar ia memegang teguh harga diri. Alisnya menyatakan ia seorang yang akan panjang usia”.

Ia terkenal karena laku baktinya. Dan setelah orang tuanya meninggal, bila membaca tentang kematian, tidak dapat tidak mengingatkannya kepada orang tuanya dan menitikkan air mata.

Ia banyak menulis, tercatat tidak kurang dari 10 judul buku ditulisnya, antara lain ialah kitab Bakti (Hau King) dan Ajaran Besar(Thai Hak).

Ia di beri gelar Cong Sing atau Yang menjunjung Nabi.

3. Khong Khiep

Alias Cu Su, cucu Nabi Khongcu, putera Li atau Pik Gi. Pada waktu Li meninggal dunia, Cu Su masih kanak-kanak, dan selanjutnya diasuh neneknya, NABI Khongcu dan menerima bimbingan dan pendidikan langsung dari beliau.

Suatu hari Cu Su mendengar nenenknya menarik nafas panjang seorang diri, ia lalu menghadap dan dua kali membongkokkan diri dan bertanya akan kesedihannya, “Adakah Nenek berprihatin kalau-kalau cucu nenek tidak sungguh-sungguh membina diri seperti mereka? “Nabi menjawab, “O, bagaimana engkau tahu akan fikiranku?” “Cucu sering mendengar dari ajaran nenek bahwa bila seorang ayah telah mengumpulkan dan menyiapkan kayu bakar dan anaknya tidak dapat mengangkutnya, ia dinamai orang yang merosot dan tidak berharga. Ajaran itu sangat berkesan kedalam hati dan menimbulkan kecemasan.”

Nabi sangat bergembira dan berkata, “Kini, sungguh, aku tidak akan khawatir lagi. Harapanku tidak akan sia-sia, melainkan akan dapat terus dikembangkan.”

Setelah wafat NABI, Cu Su belajar kepada Cingcu, dan kemudian menjadi pelanjut Cingcu dalam mengembangkan Agama Khonghucu. Ialah yang menulis Kitab Tengah Sempurna (Tiong Yong) yang merupakan Kitab keimanan dalam agama khonghucu.

Berapa usia Cu Su, kurang diketahui, data-data menunjukkan sangat lanjut, mungkin sekitar 100 tahun; ia pernah menjadi guru dari Rajamuda Bok dari negeri Lo yang naik takhta pada tahun 409 SM , 70 Tahun setelah wafat NABI.

Cu su di beri gelar Sut Sing atau penerus NABI.

4. Bing Kho

Alias Cu Ki, disebut Bingcu(Mencius), orang negeri Coo, keturunan Bing Sun. salah seorang keluarga besar bangsawan negeri Lo. Lahir pada tahun 372 SM dan wafat pada tahun 289 SM, dalam usia 83 tahun. (372-289 SM).

Ibunya dari marga Ciang adalah seorang yang termasyhur sebagai ibu bijaksana; demi pendidikan anaknya ia sampai tiga kali berpindah rumah. Bingcu menjadi manusia besar antara lain berkat kebijaksanaan sang bunda.

Bingcu hidup pada jaman peperangan (Cian Kok) yang merupakan bagian akhir jaman dinasti Ciu. Keadaan jauh lebih buruk dari jaman NABI khongcu. Di samping kekacauan dan penderitaan merajalela, juga berkecamuk berbagai aliran sesat yang membahayakan Ajaran Agama yang besar.

Bingcu sangat prihatin dan khawatir akan hal itu, maka dalam menebarkan dan menegakkan Agama, Bingcu bersikap sangat tegas dan bahkan keras kali di bandingkan cara NABI; ia tidak mengenal kompromi terhadap penyelewengan. Ia secara blak-blakan mengecam para raja dan penguasa lemah dan ingkar dari Jalan suci.

Ia di beri gelar A Sing atau wakil NABI.

Adapun sifat-sifat Bingcu antara lain :

1. Selalu memperhatikan soal-soal detail 6. Sering menyerang aliran-aliran sesat

2. Perkataannya selalu terang 7. Pandai berdebat

3. Sering menentang tapi membangun, 8. Selalu menarik

4. Pandai Bicara 9. Penuh percaya diri

5. Nampak angkuh 10. Selalu membela prinsip

Read More......

Rabu, 06 Oktober 2010

HARLAH NABI

HARI LAHIR NABI KONGZI (ZHI SHENG DAN) KE 2561
RIWAYAT KELAHIRAN NABI KONGZI

Sembahyang di Bukit Ni (Ni Qiu)
Jaman Chun Qiu, tatkala raja dinasti Zhou Ling Wang, memerintah 20 tahun, tersebutlah di negeri Lu, seorang perwira yang bertubuh besar, kuat serta gagah perkasa , bernama Kong He, alias Shu Liang.

Lebih dari itu beliau adalah seorang yang sederhana, jujur dan satya. Beliau satya kepada Tian, berbakti kepada leluhur dan mencintai serta tenggang rasa kepada sesamannya.

Beliau sudah berputeri 9 orang dan berputera seorang, namun sayang, anak laki-laki yang hanya seorang, yang diberi nama Meng Pi atau Po Ni itu semenjak kecil telah cacat lumpuh kaki, sehingga di pandang tak dapat melanjutkan kurun keluarganya. Hal ini amat mendukakan hati beliau yang tak ingin patah penghormatan kepada leluhurnya. Ikut merasakan suasana prihatin itu, istri beliau, ibu Yan Zheng Cai, sering mengikuti suaminya naik ke bukit Ni. Melakukan puja dan doa kehadirat TIAN, agar di karuniai seorang putera yang suci dan mulia untuk melanjutkan kurun keluarganya.

Muncul Sang Qilin

Doa suci ibu yang khusuk dan penuh iman itu telah berkenan kepada TIAN. Suatu malam Ibu Yan Zheng Zai beroleh penglihatan; datanglah Malaikat Bintang Utara dan berkata kepadanya, “Terimalah karunia Tuhan Yang Maha Esa seorang putera agung dan suci, serang Nabi. Engkau harus melahirkannya di lembah Kongsang”

Benarlah, sejak saat itu Ibu Yan Zheng Zai mulai mengandung. Beberapa lama kemudian, Ibu Yan Zheng Zai beroleh penglihatan lain: Datanglah kepadanya Sang Qilin, hewan suci berwujud seperti seekor kijang atau anak lembu, bertanduk tunggal dan bersisik seperti seekor naga. Dari mulutnya menyemburkan keluar sepotong Kitab dari batu kumala (Yu Shu) yang bertuliskan, “Putera Sari Air Suci akan menggantikan dinasti Zhou yang sudah lemah dan akan menjadi raja tanpa mahkota(Suwang)” ibu Yan Zheng Zai mengikatkan pita merah pada tanduk hewan suci itu.


Qilin mengandung kias sifat negatif dan positif (Yin-Yang), hanya muncul kalau ada raja suci memerinta, seperti pada jaman Raja Suci Yao dan Shun.

3. Lahir Nabi Kongzi

Pada malam suci tanggal 27 Ba yue (ada yang menghitung bertepatan dengan tanggal 3 oktober, ada yang menetapkan tanggal 28 september) 551 SM. lahirlah Nabi Kongzi di dunia yang sudah lama MenantikanNya itu.

Dikisahkan, malam itu, saat menjelang kelahiran, muncul dua ekor naga berjaga-jaga diantara gunung-gunung dekat bangunan tua dilembah Kongshang tempat kelahiranNya. Mereka datang untuk menyambut dan mengabarkan datangnya sang ‘Muduo’, genta rohani TIAN, yang kelak akan membawakan perubahan dalam peradaban manusia hidup menempuh Jalan Suci, menggemilangkan Kebajikan dan menegakkan Firman TIAN di dalam hidupnya. Sungguh hari yang mulia ini penuh arti dan tidak dapat dilupakan bagi umat yang beriman kepadanya.

“Memang Tian Telah mengutusnya sebagai Nabi” (sabda suci IX: 6)

Malam itu bintang kutub utara memancarkan cahayanya yang gemilang ke permukaan bumi yang ke lain, dari jauh terdengar suara musik yang merdu alun suaranya. Tak lama tampak terbang mendatang pemain musik di angkasa dengan lagu-lagu pujiannya.

Sungai kuning (Huang He) yang biasa bergolak mengalir dengan airnya yang kuning berlumpur itu, sungguh ajaib, airnya menjadi jernih, mengalir dengan tenangnya. Dari langit terdengar sabda, “Tian, telah berkenan menurunkan seorang putera yang Nabi”. Langit jernih bertabur bintang-bintang, bumi damai tentram. Angin bertiup sepoi-sepoi membawakan kesejukan dan besoknya matahari bersinar cemerlang dan hangat. Pada tubuh sang bayi nampak 49 tanda-tanda yang menunjukkan “kepadanya Tian menaruhkan Firman menolong dunia yan tenggelam dan ingkar dari jalan suci itu. Di dadanya tersurat (sang pembangun Damai tertib Dunia)

4. Nama Nabi Kongzi

Berdasarkan tempat sang Bunda bermohon karunia Tian di Ni Qiu (bukit Ni), maka oleh bapak Shu Liang He sang bayi diberi nama ‘Qiu’ yang berarti ‘Bukit’, alias ‘Zhong Ni’ yang berarti ‘Putera Kedua dari Bukit Ni’

Dari keterangan diatas dapat kita ketahui bahwa nama lengkap beliau adalah ‘Kong Qiu’ alias ‘Zhong Ni’; sedang para murid dan orang-orang jaman itu menyebutnya ‘kongzi’ atau ‘kongfuzi’ yang berarti ‘Guru agung Kong’ atau Confucius (bahasa latin).Demikianlah telah lahir ‘Da Cheng Zhi Sheng Kongzi’ untuk menolong dunia yang telah ingkar dari jalan suci, menggemilangkan firman TIAN (Tian Ming) bagi seluruh umat manusia, mengajarkan umat manusia untuk senantiasa mengembangkan watak sejatinya (Xing) agar berperilaku penuh Cinta Kasih terhadap sesama, menegakkan dan menjalankan Kebenaran/Keadilan/Kewajiban, berprilaku Susila, Bijaksana dan Dapat dipercaya di dalam kehidupan ini.

Huang Yi Shang Di, Wei Tian You De!

Shanzai!



Hakekat sebuah NARASI



Gelap kelam alam malam,

Suara terdengar, tak tampak yang mendengar – tak tampak yang didengar.

Mata melihat, namun seakan tak melihat apa yang dilihat.

Sepoi dingin , semilir dingin-angin dingin di Bukit Nie bertiup menerpa.

Menggoyang daun ranting – cabang dahan, rimbun ribu pepohonan.

Menggoyang ia semak belukar ilalang-ilalang panjang.


Di sana-sini, diantara lubang – lubang,

Batu-batu kerikil tajam, terhampar berserak,

Kaki menapak, meniti setapak jalan setapak, Menurun,berliku,belok menanjak.

Dupa nyala digenggam – erat didekap. Tersebar aroma menyebar,

Menggapai-mencapai sampai ke empat penjuru Dunia.

Ibunda Gan Tien Cay, sujud didalam doa – ber Doa.



HUANG YI SHANG DI-WEI TIAN YOU DE

HUANG YI SHANG DI-WEI TIAN YOU DE.

Sungguh maha besar TIAN-senantiasa TIAN melindungi kebajikan.

Sungguh maha besar TIAN-senantiasa TIAN melindungi kebajikan.


27 Peh Gwee 551 SM

Dua ekor Naga, - lima Malaikat Tua, berjaga,

Menghantar, mengawal, datang tibanya seorang putera,

Bagai raja tanpa Mahkota.

Kesunyian yang mengundang kesepian,

Pupus terhapus alunan merdu nyanyian lagu-lagu pujian.

Langit jernih – damai tenteram Bumi – cerah terang sinar matahari,

Memang TIAN telah mengutus Nya sebagai NABI (S.S.IX.6).


Seorang putera telah datang membawa suara Bok Tok TIAN Yang Maha Besar ditempat Yang Maha Tinggi,

Kepadanya TIAN berkenan menurunkan Firman,

Untuk menolong Dunia yang telah lama lupa

Yang telah lama ingkar – selalu tampak menghindar,Jauh semakin jauh,

Tenggelam dalam bahkan semakin dalam – kedalam perilaku perbuatan.

Sunggu hari ini – hari yang mulia, penuh makna dan arti.

Tidakkah terlupakan, bagi segenap Insan,

Yang telah beroleh Iman kepada yang Mulia NABI??


HUANG YI SHANG DI - WEI TIAN YOU DE.

HUANG YI SHANG DI - WEI TIAN YOU DE.

Shanzai !!

Read More......

Selasa, 05 Oktober 2010

Sebuah Titik Hitam


MOTIVATIO
Sebuah Titik Hitam

Saat pelajaran dimulai, seorang guru mengeluarkan selembar kertas putih yang di tengahnya ada sebuah titik hitam.
Sambil menunjukkan kertas itu kepada murid-muridnya ia bertanya, “Apa yang kalian lihat, anak-anak?”

Murid-muridnya serempak menjawab, “sebuah titik hitam, Bu.”

“Kenapa kalian hanya berkonsentrasi pada titik hitam yang melambangkan kegelapan, kesengsaraan, penderitaan, pikiran negatif, cemburu dan sebagainya? Apakah kalian tidak melihat bagian besar dari kertas ini yang berwarna putih?” tanya ibu guru.

Pesan

Kita harus melihat sisi positif dari setiap kejadian yang tidak menyenangkan. Dengan demikian, kita bisa mengambil hikmahnya. Dengan berfokus pada bagian yang terang sebenarnya kita bisa merasakan keceriaan atau kebahagiaan. Sebaliknya, kita akan terkungkung oleh penderitaan, kesengsaraan, dan beban hidup bila kita hanya melihat sisi gelap dari setiap kejadian yang tidak menyenangkan...

Read More......