Selasa, 31 Agustus 2010

Adil dan Andil

Oleh Budi S

SHENG Ren Kong Zi, Tian Zi Mu Duo, Kong Zi, Nabi Khongcu, Khong Hu Cu, Kong Fu Zi, Tiong Ni atau Confucius adalah nabi terakhir dalam agama Khonghucu atau Ru Jiao. Semasa hidupnya, 551-479 SM, beliau mempunyai banyak murid.Ran Qiu adalah salah satu murid Sheng Ren Kong Zi.
Adil dan Andil
Ia bekerja di sebuah kerajaan kecil, menjadi penasihat raja. Suatu ketika ia dipanggil Sang Raja untuk mendiskusikan penerimaan pajak yang terus menurun. Penyebab utamanya adalah musim kering yang berkepanjangan.“Kalau kondisi ini terus berlanjut, negara bisa bangkrut. Pajak yang kita terima dari petani semakin menyusut, sementara pengeluaran meningkat,” sabda Sang Raja. Atas nasihat Ran Qiu, raja memutuskan menaikkan pajak pertanian.

Mendengar raja akan menaikkan pajak atas nasihat muridnya, Sheng Ren Kong Zi amat marah. Dipanggilnya Ran Qiu menghadap. Ditanyakan mengapa dalam keadaan yang demikian sulit, kemarau berkepanjangan, pajak malah akan dinaikkan. Apa yang menjadi dasar pertimbangan? Padahal sistem pajak yang dibuat sejak jaman Raja Suci, Nabi Purba Huang Di sudah demikian baik. Setiap petak besar sawah dibagi sembilan petak kecil dan diberikan kepada delapan keluarga. Petak sawah yang berada di tengah-tengah dikerjakan bersama-sama oleh delapan keluarga dan hasilnya dibayarkan sebagai pajak untuk negara.
Mendapat pertanyaan menyelidik dari Sang Guru, Ran Qiu menjelaskan bahwa saat ini beban kerajaan semakin membesar. Selama musim berjalan normal, beban itu masih bisa ditutup oleh penerimaan pajak. Namun beberapa panenan terakhir tidak berhasil baik. Jadi untuk menutup defisit keuangan negara, pajak perlu dinaikkan.
Mendapat penjelasan ini, Sang Nabi berkata, “Kalau rakyat berkesusahan, bagaimana mungkin raja tidak mau berkesusahan. Kalau rakyat susah, raja seharusnya empati, membantu, menolong. Kalau rakyat makmur, bolehlah raja bersenang-senang. Saat ini kondisi alam sedang tidak baik. Jangankan untuk membayar tambahan pajak, untuk menyetor pajak yang kecil pun sebenarnya rakyat sudah tak mampu. Seharusnya bukan menaikkan pajak, melainkan menurunkan.”
“Namun Guru, mohon petunjuk bagaimana caranya kami menutup kekurangan dana kerajaan yang terjadi selama ini,” Ran Qiu mencoba bertanya, setelah Ia terdiam cukup lama.
“Kerajaan kan punya dana cadangan yang berlimpah ruah. Gunakan sebagian untuk menutup kekurangan. Bukan itu saja, gunakan pula sebagian lagi untuk memperbaiki pengairan, jalan dan membeli bibit untuk petani. Didik, latih dan bantulah mereka yang membutuhkan uluran tangan. Sementara yang kuat, yang sudah lebih berhasil, juga perlu dihimbau, diajak, dididik untuk membantu saudara-saudaranya yang lebih lemah, yang belum berhasil. Ini namanya adil, peduli,” papar gurunya.
Berkat pengaruh Kong Zi, rencana kenaikan pajak akhirnya dibatalkan. Kerajaan bahkan mengeluarkan sebagian dana cadangannya guna membantu rakyat. Prasarana dan sarana pertanian diperbaiki. Rakyat dengan sukarela ikut membantu. Beberapa pengeluaran yang tak perlu, tak efisien, boros dan berlebihan dikoreksi dan bahkan dihapus.
Musim berlalu. Ada Yin, ada Yang. Situasi selalu berganti-ganti mengikuti irama alam. Ada naik, ada turun. Ada paceklik, ada kelimpahruahan. Berbeda dengan musim-musim tanam sebelumnya, kali ini hasil pertaniannya melimpah ruah. Meski pajak pertanian untuk negara tetap berasal dari satu petak sawah yang di tengah, tapi karena hasil panen begitu berlimpah, pajak yang diterima negara pun tetap berlimpahruah. Rakyat senang, Raja dan kerajaan pun senang.
Melihat hasil yang luar biasa ini, Raja merencanakan untuk mengurangi setoran pajak pertanian. Ada dua pertimbangan yang menjadi dasar keputusan Raja. Pertama sebagai bentuk permohonan maaf dan koreksi atas kekeliruan yang hampir terjadi di waktu lalu. Kedua untuk mengambil hati rakyat. Sebelum rencana itu diputuskan, Sang Raja mengutus Ran Qiu untuk meminta pertimbangan Kong Zi.
Mendengar rencana ini, Kong Zi amat menghargai keinginan dan dasar pertimbangan Raja. Ia bersyukur Sang Raja mempunyai kepekaan dan kepedulian yang tinggi pada rakyatnya. Itulah modal utama untuk menjadi seorang pemimpin besar. Meski menghargai dan memuji rencana tersebut, Sang Guru tidak setuju dengan rencana itu.
“Kewajiban raja adalah memimpin rakyat, negara dan pemerintahan menuju kehidupan yang lebih baik. Lebih makmur, lebih sejahtera. Dalam mencapai hal itu, harus ada keadilan. Tidak boleh membeda-bedakan, tidak boleh diskriminatif. Sementara kewajiban rakyat adalah membela negara, ikut berkontribusi aktif dalam pembangunan bangsa dan negaranya. Ikut andil, ikut berpartisipasi sesuai kemampuannya. Kalau hal itu diringkas dalam kalimat sederhana, raja atau pimpinan haruslah ADIL, sedangkan rakyat haruslah ikut ANDIL.”
“Sekarang, karena hasil panen berlimpah, rakyat hidup berkecukupan. Sudah seharusnya mereka berkontribusi membayar pajak yang wajar kepada negara. Kalau kewajiban itu mau dikurangi, sama artinya memanjakan mereka. Itu tidak baik. Namun, kalau raja benar-benar ingin berbuat baik, bukan dengan mengurangi pajak, tapi gunakan dana berlebih untuk membangun prasarana dan fasilitas umum yang bermanfaat. Akan lebih baik lagi bila kelebihan dana itu dimanfaatkan untuk meningkatkan pendidikan.”
Mendengar nasihat Kong Zi yang begitu baik, Ran Qiu mengucapkan terima kasih berulang-ulang. Raja pun ikut berterima kasih.
Sumber : Pontianak Post

Read More......

Ayah, Anak & Keledai

Oleh Budi S

SUATU hari seorang ayah mengajak anaknya pergi ke luar kota untuk berdagang. Dia percaya bahwa pendidikan terbaik adalah gabungan teori dan praktik sekaligus. Oleh karenanya ia menginginkan agar sejak dini anaknya mengerti apa yang dikerjakan ayahnya, sehingga kelak pada saatnya, sang anak bisa meneruskan usaha orangtuanya.

Hal lain yang ingin diraih adalah agar sang anak tahu betapa keras perjuangan Sang Ayah. Dari sini ia akan mendapatkan dua pelajaran sekaligus. Pertama respek terhadap orangtua. Kedua mengerti bahwa mencari nafkah tidaklah mudah, sehingga ia akan menghargai jerih payah kedua orang tuanya, hidup lebih bertanggung jawab dan tidak berfoya-foya.
Karena sang keledai bertubuh kecil, sang ayah mengalah pada putranya. Ia rela berjalan kaki sambil menuntun keledai yang juga dimuati makanan cukup banyak sebagai bekal di perjalanan. Selang beberapa lama, mereka berpapasan serombongan orang yang lantas berbisik-bisik membicarakan mereka. Seorang di antaranya berkata. “Kasihan benar si ayah. Sudah tua masih harus berjalan kaki. Sementara anaknya yang jauh lebih muda benar-benar tidak tahu diri. Seharusnya ia berjalan dan rnerelakan ayahnya naik keledai. Sungguh malang nasib si ayah mempunyai anak yang tidak berbakti.”
Mendengar celotehan ini Sang Anak merasa malu. Ia pun meminta ayahnya naik keledai dan giliran ia yang berjalan kaki. Perjalanan pun terus dilanjutkan. Tak berapa lama mereka bertemu serombongan orang yang berbeda. Pandangan mata mereka aneh dan penuh tanya. Ketika hampir berpapasan, mereka masih sempat mendengar ucapan seseorang yang mengatakan. “Benar-benar orangtua yang jahat. Anak sekecil itu disuruh berjalan kaki diterik matahari, sementara ia enak-enak menunggang keledai tanpa merasa bersalah sedikit pun!”
Mendengar ucapan tersebut, anak dan ayah saling berpandangan mata. Mereka bingung sejenak mendengar dua pandangan yang kontras berbeda. Lantas Sang Ayah pun dengan sigap menarik anaknya naik ke punggung keledai bersama-sama. Kini kedua ayah dan anak itu naik keledai berboncengan dan meneruskan perjalanan menuju kota.
Tak lama kemudian mereka berjumpa dengan rombongan ketiga. Dari jauh mereka sudah mendengar umpatan-umpatan. “Sungguh manusia yang jahat dan tidak punya rasa kasihan.
Keledai sekecil dan sekurus itu harus ditunggangi dua orang yang berbadan cukup besar. Belum lagi masih ditambah beban yang cukup berat. Benar-benar manusia yang tidak punya perasaan kasihan sedikit pun. Coba saja kalau dia yang menjadi keledai, baru sebentar pasti sudah minta ampun.”
Mendengar hal itu, ayah dan anak itu kembali menjadi bingung. Serba salah. Begini salah, begitu keliru. Akhirnya sambil menghela nafas panjang, keduanya turun dari punggung keledai dan berjalan beriringan di samping keledai. Meski harus berjalan di terik matahari yang ganas, mereka memaksa diri untuk terus berjalan tanpa henti.
Kala pikiran mereka sedang menerawang sambil berjalan, tiba-tiba keduanya dikagetkan oleh tawa cekikikan serombongan orang yang melewati mereka. “Bapak dan anak ini sungguh gila. Punya keledai tidak dinaiki, malah dituntun. Kenapa keledainya tidak digendong saja sekalian? Benar-benar ada orang yang sedemikian bodohnya di dunia ini. Sungguh mereka jauh lebih bodoh dari si keledai.”
Kali ini sang ayah tidak lagi bingung. Dengan tangannya yang kuat anaknya dinaikkan ke punggung keledai. Sebelum Sang Anak protes, ayahnya berkata; “Hidup haruslah punya pendirian. Telinga memang berfungsi untuk mendengar. Tapi otak kita bertugas menyaring semua yang tertangkap oleh panca indra kita, termasuk oleh pendengaran. Sementara hati kita punya tugas untuk menimbang, merasakan mana yang tepat dan benar, mana yang tidak. Dari awal kita telah melakukan kekeliruan, hanya menggunakan telinga untuk mendengar. Kita membiarkan otak dan hati kita diam tak berfungsi. Kita membiarkan diri kita dipermainkan keadaan yang datang dari luar diri kita. Itu tidak boleh terjadi lagi anakku. Kita harus bersikap, punya pendirian dan berani mempertahankan pendirian kita dengan segala konsekuensinya. Kamu masih kecil, kamulah yang lebih layak menaiki keledai. Saat ini ayahmu masih kuat. Nanti pada saatnya tiba, gantian ayahmu yang harus kamu rawat dan kamu jaga. Itulah kehidupan.”
Meski masih kecil, sang anak rupanya cukup cerdas mendengarkan wejangan Sang Ayah. Di dalam hatinya kini tertanam tiga hal penting. Pertama rasa hormat dan hutang budi atas kasih sayang Sang Ayah. Kedua ia sadar bahwa dalam hidup orang harus memilih, bersikap, punya prinsip dan pendirian. Ketiga sudut pandang orang per orang amatlah beragam, berbeda-beda dan bahkan acapkali saling bertentangan. Tiada yang mutlak benar, tiada yang mutlak salah. Mengikuti semua pendapat akan menyesatkan. Memilih salah satu, belum tentu benar. Tapi itulah risiko. Orang besar, pemimpin, harus berani mengambil risiko. Tentu dengan perhitungan dan pertimbangan yang matang. Ia lantas ingat nasihat Sang Ayah sebelumnya: di mana ada Yin, di situ ada Yang. Demikian pula sebaliknya.
Tanpa terasa keduanya kini tersenyum. Tanpa Beban.

Read More......

Sari Pelajaran Nabi Khongcu

Khongcu Kauw Gi

INSPIRASI dan aspirasi Nabi Khongcu dalam menyiarkan ajaran-ajarannya sangat memperhatikan kepada kesentosaan dunia dan kerukunan hidup manusia, jika diperhatikan, ajaran-ajarannya ada mengandung pengertian yang berpokok dasar dari: 1. Chengti : Pemerintahan/Government. 2. Too Tek: Pribudi luhur/Moraliteit . 3. Siu Sien: Membina diri/Beschaving. 4. Cee Ke: Ketentraman rumah tangga/Huishouden. 5. Lee Gie: Adat istiadat/ Beleefdheid. 6. Lun Li: Kemanusiaan/Ethiesch. 7. Kek But: Pengetahuan/Wetenschap. Ajaran Nabi Khongcu membawa keselamatan bagi umat manusia di dunia.

Marilah kita renungkan bersama, kalau peraturan Pemerintah adil dan memperhatikan kehidupan rakyatnya, niscaya rakyat akan merasa aman tentram di segala bidang penghidupannya. Rasul Bengcu telah mengatakan, bahwa rakyat itu adalah pokok dari suatu negara, penghasilan adalah pokok dari penghidupannya, maka jika Chengti dan TooTek bisa berjalan dengan sempurna akan menjadi tangga dari manusia untuk menuju dan menempuh Jalan Suci dari Thian/Tuhan Yang Maha Kuasa. Nabi Khongcu jarang membincangkan perihal Kwie Sien dan Thiantoo, karena pengertian Kwie Sien itu banyak, diantaranya Rokh-Rokh, malaikat-malaikat dan alusnya patung-patung atau pepohonan-pepohonan dan lain sebagainya. Sedang Thiantoo adalah Jalan Suci Tuhan yang menguasai peredaran matahari, rembulan, bintang-bintang, empat musim, angin, hujan dan lain sebagainya.
Bilamana berputarnya alam tidak harmonis, dapat mengakibatkan bencana bagi segala tumbuhan dan jiwa manusia. Telah dibuktikan oleh Nabi, ketika Kwi Louw Bun Su Kwie Sien, Kwie Louw bertanya bagaimana cara mengabdi kepada para rokh. Nabi menjawab : “Bie Leng Su Jien, Yan Leng Su Kwie ?” Artinya: “Sebelum mengabdi kepada sesama manusia, betapa dapat mengabdi kepada para rokh?” Lalu Kwie Low Kam Bun Su/Kwie Louw memberanikan diri bertanya hal setelah mati. Dijawab oleh Guru : “Bie Tie Seng Yan Tie Su?” Artinya: “Sebelum mengenal hidup, betapa mengenal hal setelah mati?” (Kitab Lun-GI XI:12/191).
Jika diperhatikan jawaban Nabi itu, sekali-sekali bukan meremehkan maksud-maksud suci pertanyaan Kwie Louw, sebabnya pengetahuan murid itu dianggap belum cukup, dalam Kitab Lun-Gi VI:21/138 Nabi bersabda : “Tiong Jien Ci He, Put Kho Ie Gie Siang Ya” Artinya : “Seorang yang pengetahuannya masih dibawah tingkat pertengahan, tidak boleh diajak membicarakan hal-hal yang tinggi”. Itulah sebabnya kalau pertanyaan Kwie Louw dijawab lebih mendalam, kuatir nanti disalah-gunakan, karena pengertiannya yang dianggap belum tinggi oleh gurunya, kuatir pengertian Kwie Sien digunakan sebagai keramat, dipuja dijadikan bijgeloofnya, lebih-lebih soal mati, mana boleh dijelaskan, oleh karena itu, Nabi memperingatkan kepada Kwie Louw supaya sempurnakan peri kehidupannya, di hari kemudian ia bakal ketahui sendiri apa yang dipertanyakan. Murid Cukhong pernah berkata “Hucu Ci Bun Ciang, Kho Tek Jie Bun Ya, Hucu Ci Gan, Sing Ie Thiantoo, Put Kho Tek Jie Bun Ya” artinya : “Ajaran Guru tentang Kitab-kitab masih dapat kudengar dengan mengerti, tetapi ajaran Guru tentang Watak Sejati dan Jalan Suci Thian belum dapat kudengar sampai mengerti”. (Kitab Lun-Gi V:13/124). Dengan jujur Cukhong mengaku di dalam menerima ajaran-ajaran ilmu sejati dari gurunya masih ketinggalan dari kawan-kawan seperguruannya, murid Nabi yang telah mencapai kesempurnaan ialah : 1. Gan Yan, 2. Cengcu, 3. Barulah ia sendiri. Di dalam Kitab Lun-Gi VI:22/138 murid Hwan Thi Bun Tie/bertanya tentang seorang yang bijaksana, Guru bersabda : “Bu Bin Ci Gie, Keng Kwi Sien Jie Wan Ci Kho Wie Tie Ie” artinya : “Ia mengabdi kepada rakyat berlandaskan kebenaran, ia menghormati rokh-rokh tetapi dari jauh (tidak mengikatkan diri). Demikianlah orang-yang bijaksana”. Dengan lain keterangan Nabi Khongcu hendak menerangkan bahwa seorang meskipun mempunyai pengetahuan luas, apabila tidak teguh Iman ada kemungkinan nyasar, seperti kepada Kwie Sien (Rokh-rokh, malaikat-malaikat), kita boleh hormati tetapi jangan sampai disalahgunakan dengan mengajukan segala permintaan/minta-minta, kepada Hwanthi, Nabi memperingatkan hormatilah rokh-rokh dari jauh saja, justru inilah kekuatiran Nabi Khongcu dalam memberi pelajaran kepada murid-muridnya sangat hati-hati, jangan sampai orang bersujud kepada rokh-rokh yang tidak seharusnya disetujui, perbuatan demikian adalah minta-minta. Nabi telah berusaha dalam Kitab Lun-Gi II:24/101 : “Hui Kie Kwie Cee Ci, Thiam Ya”, artinya : “Bersembahyang kepada rokh-rokh yang tidak seharusnya disembah, itulah menjilat”. Hal bersembahyang dan bersujud di dalam ajaran Nabi hanya ada 3 jalan Kepada Tuhan Yang Maka Kuasa, Kepada Nabi, Kepada leluhur kita.

(Disadur dari Bulletin Agama Khonghucu)
Sumber : Pontianak Post

Read More......

Konfusianisme sebagai Agama dan Filsafat

Konfusianisme muncul dalam bentuk agama di beberapa negara seperti Korea, Jepang, Taiwan, Hong Kong dan RRC. Dalam bahasa Tionghoa, agama Khonghucu seringkali disebut sebagai Kongjiao (孔教) atau Rujiao (儒教).


Agama Khonghucu di zaman Orde Baru

Di zaman Orde Baru, pemerintahan Soeharto melarang segala bentuk aktivitas berbau kebudayaaan dan tradisi Tionghoa di Indonesia. Ini menyebabkan banyak pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa menjadi tidak berstatus sebagai pemeluk salah satu dari 5 agama yang diakui. Untuk menghindari permasalahan politis (dituduh sebagai atheis dan komunis), pemeluk kepercayaan tadi kemudian diharuskan untuk memeluk salah satu agama yang diakui, mayoritas menjadi pemeluk agama Kristen atau Buddha. Klenteng yang merupakan tempat ibadah kepercayaan tradisional Tionghoa juga terpaksa merubah nama dan menaungkan diri menjadi vihara yang merupakan tempat ibadah agama Buddha.

Agama Khonghucu di zaman Orde Reformasi

Seusai Orde Baru, pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa mulai mencari kembali pengakuan atas identitas mereka. Untuk memenuhi syarat sebagai agama yang diakui menurut hukum Indonesia, maka beberapa lokalisasi dilancarkan menimbulkan perbedaan pengertian agama Khonghucu di Indonesia dengan Konfusianisme di luar negeri.

Hal-hal yang perlu diketahui dalam agama Khonghucu

1. Mengangkat Konfusius sebagai salah satu nabi (先知)
2. Menetapkan Litang (Gerbang Kebajikan) sebagai tempat ibadah resmi, namun 3. dikarenakan tidak banyak akses ke litang, masyarakat umumnya menganggap 4. klenteng sebagai tempat ibadah umat Khonghucu.
5. Menetapkan Sishu Wujing (四書五經) sebagai kitab suci resmi
6. Menetapkan tahun baru Imlek, sebagai hari raya keagamaan resmi

Hari-hari raya keagamaan lainnya;

Imlek, Hari lahir Khonghucu (28-8 Imlek)
Hari Wafat Khonghucu (18-2-Imlek)
Hari Genta Rohani (Tangce) 22 Desember
Chingming (5 April)
Qing Di Gong (8/9-1 Imlek) dsb

Rohaniawan;

Jiao Sheng (Penebar Agama)
Wenshi (Guru Agama)
Xueshi (Pendeta)
Zhang Lao (Tokoh/Sesepuh).

Kalender Imlek terbukti di buat oleh Nabi Khongcu (Konfusius). Nabi Khongcu mengambil sumbernya dari penangalan dinasti Xia (2200 SM) yang sudah di tata kembali oleh Nabi Khongcu.

Tahun Zaman Nabi Khongcu Tahun Baru jatuh 22 Desember. 4 February pergantian musim dingin ke musim semi. Jadi imlek bukan perayaan musim semi. Perkiraan tanggal 1 imlek, rentang waktunya 15 hari kedepan dan 15 hari kebelakang dari 4 Pebruary tersebut.Tiap 4 atau 5 tahun sekali ada bulan ke 13, untuk menggenapi agar perhitungan tersebut tidak berubah.

Ajaran Konfusius

Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu (juga: Kong Fu Tze atau Konfusius) dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao (儒教) yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Khonghucu memang bukanlah pencipta agama ini melainkan beliau hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang beliau sabdakan:

"Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut".

Meskipun orang kadang mengira bahwa Khonghucu adalah merupakan suatu pengajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika manusia. Sebenarnya kalau orang mau memahami secara benar dan utuh tentang Ru Jiao atau Agama Khonghucu, maka orang akan tahu bahwa dalam agama Khonghucu (Ru Jiao) juga terdapat Ritual yang harus dilakukan oleh para penganutnya. Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama manusia atau disebut "Ren Dao" dan bagaimana kita melakukan hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut dengan istilah "Tian" atau "Shang Di".

Ajaran falsafah ini diasaskan oleh Kong Hu Cu yang dilahirkan pada tahun 551 SM Chiang Tsai yang saat itu berusia 17 tahun. Seorang yang bijak sejak masih kecil dan terkenal dengan penyebaran ilmu-ilmu baru ketika berumur 32 tahun, Kong Hu Cu banyak menulis buku-buku moral, sejarah, kesusasteraan dan falsafah yang banyak diikuti oleh penganut ajaran ini. Ia meninggal dunia pada tahun 479 SM.

Konfusianisme mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan antara manusia di langit dengan manusia di bumi dengan baik. Penganutnya diajar supaya tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini. Ajaran ini merupakan susunan falsafah dan etika yang mengajar bagaimana manusia bertingkah laku.

Intisari ajaran Khong Hu Cu

Delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu:

1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
3. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
4. Sepenuh Iman Menyadari adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
6. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo)
7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)

Lima Sifat Kekekalan (Wu Chang):

Ren - Cintakasih
Yi - Kebenaran/Keadilan/Kewajiban
Li - Kesusilaan, Kepantasan
Zhi - Bijaksana
Xin - Dapat dipercaya

Lima Hubungan Sosial (Wu Lun):

Hubungan antara Pimpinan dan Bawahan
Hubungan antara Suami dan Isteri
Hubungan antara Orang tua dan anak
Hubungan antara Kakak dan Adik
Hubungan antara Kawan dan Sahabat

Delapan Kebajikan (Ba De):

Xiao - Laku Bakti
Ti - Rendah Hati
Zhong - Satya
Xin - Dapat Dipercaya
Li - Susila
Yi - Bijaksana
Lian - Suci Hati
Chi - Tahu Malu
Zhong Shu = Satya dan Tepa selira/Tahu Menimbang:

"Apa yang diri sendiri tiada inginkan, jangan dilakukan terhadap orang lain" (Lunyu)

Kitab suci

Kitab sucinya ada 2 kelompok, yakni:

1. Wu Jing(五 經) (Kitab Suci yang Lima) yang terdiri atas:

Kitab Sanjak Suci 詩經 Shi Jing
berisi kumpulan sanjak-sanjak atau teks nyanyian purba

Kitab Dokumen Sejarah 書經 Shu Jing
berisi hikayat atau dokumentasi sejarah suci

Kitab Wahyu Perubahan 易經 Yi Jing
kitab tentang kejadian dan peristiwa alam semesta

Kitab Suci Kesusilaan 禮經 Li Jing
berisi tentang peratutan kesusilaan , peribadahan.

Kitab Chun-qiu 春秋經 Chunqiu Jing
kitab tentang catatan sejarah zaman chun chiu tahun 722-481 SM

2. Si Shu (Kitab Yang Empat) yang terdiri atas:

Kitab Ajaran Besar - 大學 Da Xue yang berisi tentang PEMBINAAN DIRI
Kitab Tengah Sempurna - 中庸 Zhong Yong yang berisi tentang ajaran keimanan
Kitab Sabda Suci - 論語 Lun Yu berisi tentang percakapan NABI dengan murid-muridnya
Kitab Mengzi - 孟子 Meng Zi berisi tentang ajaran bingcu

Selain itu masih ada satu kitab lagi: Xiao Jing (Kitab Bhakti).

Definisi agama menurut agama Khonghucu

Berdasarkan kitab Zhong Yong agama adalah bimbingan hidup karunia Tian/Tuhan Yang Maha Esa (Tian Shi) agar manusia mampu membina diri hidup didalam Dao atau Jalan Suci, yakni "hidup menegakkan Firman Tian yang mewujud sebagai Watak Sejati, hakikat kemanusiaan". Hidup beragama berarti hidup beriman kepada Tian dan lurus satya menegakkan firmanNya.

Nabi

Para nabi (儒教聖人) Ru Jiao di antaranya:
Nabi Purba (扶羲) Fu Xi * 2952 – 2836 SM
Fu Xi beristrikan Nabi Nu Wa (Lie Kwa, Hokian) yang menciptakan Hukum Perkawinan
Nabi Purba (神農) Shen Nong 2838 – 2698 SM
Nabi Purba (黃帝) Huang Di 2698 – 2596 SM
Istrinya, Nabi Lei Zu adalah penemu sutra yang ditenunnya dari kepompong ulat sutra dan bersama Huang Di menciptakan alat tenun, pakaian Hian Ik (pakaian harian) dan Hong Siang (pakaian upacara).
Nabi Purba (堯) Yao 2357 – 2255 SM
Nabi Purba (舜) Shun 2255 – 2205 SM
Nabi Purba (大 禹) Da Yu * 2205 – 2197 SM
Nabi Purba (商 湯) Shang Tang* 1766 – 1122 SM
Nabi Wen, Wu 文, 武 (周公) Zhou-gong* 1122 – 255 SM
Nabi Besar Yang Tiada Banding (孔 子) Kong Zi* 551 – 479 SM

Read More......

Sabtu, 28 Agustus 2010

ARTI SEBUAH COBAAN

Melangkah goyah kaki ini ketika kita mengahadapi sebuah cobaan, malasa rasanya menjalani hidup ini. Mencoba berlari tapi apa daya kekuatan tak ada.

Kita yang lemah dalam hidup in seringkali lalai akan sabda Nabi untuk tidak keluh gerutu kepada Thian dan sesal penyalahan kepada manusia. Kita terkadang mengkambinghitamkan seseorang untuk cobaan atau musibah yang menerpa kita. Sebenarnya cobaan itu berasal dari Tuhan untuk menguji sejauh mana kita mampu mengatasinya dengan lapang dada.

Cobaan besar pula sedang melanda bangsa kita. Bangsa yang dulu besar dan kaya raya, kini porak poranda karena kita tidak pandai memelihara. Mungkin suatu teguran Tuhan bagi kita, bencana yang terjadi telah menelan cukup banyak korban. Alam pun bisa kecewa akan ulah-ulah kita. Mungkin naïf rasanya jika kita menyalahkan satu atau segelintir orang. Masalahnya bukan siapa yang salah sekarang ini, tapi siapa yang akan bertanggung jawab. Ya tentu kita, kita semua. Kita semua sebagai penerus bangsa ini yang harus bertanggung jawab akan masa depan kita nanti.

Dibalik semua cobaan ini pasti ada hikmah tersembunyi. Cobaan atau masalah yang kita hadapi lambat laun akan mendewasakan kita. Akan membuat kita belajar tentang apa arti hidup ini. Mungkin kita yang khilaf selalu menggerutu kepada tuhan “Mengapa Tuhan telah memberikan cobaan sebegitu berat untuk kita”? dan selalu menyalahkan si anu, si itu, si dia dan lain sebagainya karena kita yang buta. Dalam hidup ini kita harusnya slelau berhati-hati dalam setiap langkah kita karena “Apa yang berasal darimu akan kembali kepadamu”. Ujian yang datang dari Tuhan dapat kita hindari ujian yang dibuat sendir sukar untuk dihindari”.

Jadi kita harus berhati-hati di setiap tindakan kita, hanya TUHAN lah yang MAHA MENGETAHUI di dunia ini. Dan cobaannya adalah jalan yang membuat kita kuat dalam menjalani hidup ini.

Read More......

Jumat, 27 Agustus 2010

Bubur Encer Tertumpah

Oleh Budi S

DALAM pengembaraannya yang panjang, tak jarang Sheng Ren Kong Zi dan murid-muridnya terlantar dan kesulitan makanan. Apalagi di masa itu sering terjadi paceklik dan musim kering berkepanjangan.

Pernah suatu ketika mereka tiba di sebuah perkampungan yang sepi, jarang penghuninya. Seluruh anggota rombongan sudah sangat kelaparan. Hampir dua hari mereka belum mendapatkan makanan secuil pun.
Beruntung ada seorang petani yang berbaik hati menolong mereka. Meski musim paceklik dan stok berasnya tinggal sedikit, si petani masih mau menolong memberikan segantang beras. Kong Zi pun mengucapkan terima kasih dan kemudian menyuruh Yan Yuan untuk membuat bubur encer, agar beras yang cuma segantang itu bisa dinikmati seluruh anggota rombongan yang berjumlah cukup banyak.
Segera Yan Yuan dan saudara seperguruannya berbagi tugas. Yan Yuan menyiapkan alat masak. Saudaranya yang lain sibuk mencari kayu bakar. Setelah kayu bakar cukup tersedia, mulailah Yan Yuan memasak di dapur, yang berada di bagian belakang rumah Sang Petani. Sambil menunggu buburnya masak, Kong Zi mengajar murid-murid yang lain di halaman depan rumah. Yan Yuan sendirian di dapur, memasak dan menyiapkan makanan untuk semuanya.
Bubur encer itu pun mulai matang. Saking encernya, cukup banyak yang meluber dan tertumpah. Yan Yuan pun lalu mengambil inisiatif. Tumpahan bubur itu lalu dikumpulkan di mangkuk dan dimakannya. la merasa sayang, karena jumlah buburnya meski sudah dibuat seencer mungkin, tetap tidak sebanding dengan jumlah saudara seperguruannya. Daripada ada bubur yang mubazir terbuang percuma, Ia rela mengalah mengambil jatah bubur yang tertumpah dan sedikit kotor.
Saat Yan Yuan sedang memakan buburnya, Kong Zi yang sengaja masuk ke belakang untuk mengecek tugas muridnya, melihat Yan Yuan sedang makan bubur. Betapa kecewanya Sang Guru. Murid yang paling pintar, paling dikasihi, yang dianggap paling tahu tata krama, tata susila, telah berani makan bubur tanpa izin dan bahkan berani mendahului guru dan saudara-saudaranya.
Yan Yuan terdiam ketika Sang Guru Besar memarahinya. Rasa hormatnya yang amat tinggi membuatnya tak berani membantah. Namun, Kong Zi bisa membaca wajah Yan Yuan. Pasti ada sesuatu yang ingin disampaikan murid kesayangannya itu. Dalam hatinya ia pun ragu bahwa Yan Yuan berani melakukan tindakan tak terpuji. Dengan lembut Ia berkata, “Yan Yuan, adakah sesuatu yang ingin kamu sampaikan? Bicaralah yang jujur, terus terang dan apa adanya.”
Setelah memberi hormat kepada Sang Guru, Yan Yuan menerangkan keadaan yang sebenarnya. Kong Zi pun menyesalinya. Dengan jiwa besar, Sang Guru Agung itu minta maaf kepada muridnya. Kong Zi telah salah sangka menilai murid terbaiknya itu. Meski telah melihat dengan mata kepala sendiri, menyaksikan sendiri secara langsung, namun yang dilihatnya hanyalah sepotong peristiwa. Hanya sebagian kecil dari sebuah rangkaian peristiwa yang utuh.
Sang Bijak pun tersadar dan berujar, “Mendengar sesuatu dari orang lain, jauh dari cukup. Mendengar sendiri, masih juga belum cukup. Melihat dengan mata kepala sendiri pun, jika hanya sebagian, belumlah cukup. Bahkan terkadang bisa sangat berbahaya. Maka seorang Junzi (insan beriman dan berbudi luhur), selalu meneliti hakikat perkara.”
“Guru, seorang yang sangat bijaksana seperti Sheng Ren Kong Zi pun ternyata masih bisa keliru. Mengapa hal itu bisa terjadi?” tanya Sang Putra Mahkota pada Gurunya. “Seorang nabi, seorang besar, seorang bijaksana, tidaklah serta merta terlahir sempurna. Ada sebuah proses yang harus dilalui. Namun di sinilah letak perbedaannya. Perjalanan seorang Junzi dari bawah ke atas. Sementara Xiao Ren (orang yang rendah budi) dari atas ke bawah”, jawab gurunya. “Mengetahui diri bersalah dan kemudian mau dan berani mengoreksi diri, itu belum merupakan kesalahan. Bersalah tetapi tidak mau mengoreksi diri dan tidak mau belajar, itulah kesalahan yang sesungguhnya. Ingatlah baik-baik hal itu muridku. Contohlah Sheng Ren Kong Zi. Meskipun keagungannya terkenal beribu-ribu mil jauhnya, namanya harum beribu-ribu tahun lamanya, namun beliau tetap rendah hati. Berjiwa ksatria dan berani mengakui diri kalau keliru, mengoreksinya dan sekaligus berani memohon maaf secara terbuka. Itulah sikap dari orang yang sungguh-sungguh besar dan sempurna”, nasihat Sang Guru Bijak kepada muridnya, Sang Putra Mahkota.
“Muridku, suatu saat engkau akan menjadi pemimpin, menjadi raja yang dihormati orang banyak. Jadilah engkau raja yang besar. Besar dalam artian yang sesungguhnya. Bukan sekadar berprestasi dan mampu membawa bangsa menuju keagungan belaka, tapi besar juga sebagai pribadi. Terus belajar, melakukan introspeksi diri setiap hari. Berani secara terbuka mengakui kekurangan dan berani pula untuk meminta maaf terhadap rakyat kecil sekalipun.”
“Muridku, tirulah Kong Zi. Besar bukan karena kebijaksanaannya belaka, tapi besar pula karena kerendahan hati dan keberaniannya meminta maaf,” nasihat penutup Sang Guru kepada murid terkasihnya.**

BUNGA TANG DI

Bunga Tang Di banyak dikagumi orang karena keindahan, keharuman dan sekaligus keunikannya. Bentuknya mirip bunga Melati, berwarna putih, sejenis dengan pohon Plum atau Cherry. Bunga ini ada di negeri waris Raja Suci, Nabi Purba Tang Yao. Bunga Tang Di sangat unik, selalu bergoyanggoyang meskipun tidak ada angin.
Suatu ketika Sheng Ren Kong Zi membaca sebuah tulisan, “Betapa elok dan indahnya bunga Tang Di. Selalu bergoyang-goyang menarik. Bukan aku tidak mengenangmu, hanya tempatmu terlampau jauh”.
Membaca tulisan inI Kong Zi berkata-kata pada murid-muridnya, “Sesungguhnya si penulis tidak bersungguh-sungguh. Kalau ia benar-benar memikirkannya, apa artinya jauh?”
Perkataan Kong Zi yang kelihatan sederhana itu sebenarnya mempunyai makna yang teramat dalam. Disadari atau tidak, kita juga sering mempunyai sikap seperti si penulis.
Menggebu-gebu kalau punya keinginan, namun semangat untuk mewujudkannya kurang dan bahkan terus merosot. Bercita-cita setinggi langit, namun tidak ada rencana, tindakan dan kerja nyata untuk sungguh-sungguh mewujudkannya, akhirnya semua akan berakhir dalam bentuk wacana.
“Ingatlah muridku, seandainya kamu melangkah, betapapun jauhnya jarak semula, meski sedikit pasti akan berkurang jaraknya. Namun kalau kamu hanya berdiam diri saja di tempatmu, jarak itu tidak akan terkurangi. Seorang yang ingin mendaki gunung sampai ke puncaknya, namun merasa berat dan hanya bicara, puncak yang dilihatnya tinggi itu tetap tidak akan berubah ketinggiannya. Jika orang itu mau bekerja, mau melangkah, meskipun cuma setindak, maka ketinggian puncak gunung itu pun akan terkurangi, meski juga cuma setindak. Demikian pula dengan keinginan dan cita-cita, Ia tetap tak berarti, tanpa upaya mewujudkannya.”
“Murid paham apa yang Guru katakan. Namun, terkadang hati ini menjadi tak yakin untuk mencapai suatu angan atau cita. Apa yang sebaiknya murid lakukan bila merasa seperti itu? Mohon Guru dapat memberikan petunjuk”, pinta Sang Murid kepada gurunya yang baru saja membacakan sepenggal episode kehidupan Sheng Ren Kong Zi.
“Ada dua langkah yang perlu kau lakukan, Muridku. Yang pertama, berpikirlah realistik. Seorang Junzi (beriman, terpelajar, berbudi luhur) tidak berangan-angan kosong. Cita-cita memang boleh setinggi langit, namun akal sehat juga wajib digunakan. Seorang yang buntung kakinya dan ingin menjadi pelari nomor satu, jelas Ia berangan kosong.”
“Namun kalau kemudian Ia berjuang dan berpikir keras menggunakan kecerdasannya untuk bisa menciptakan kendaraan paling cepat, itu artinya Ia tidak menyerah dan mau berusaha keras untuk mewujudkan cita-citanya. Di sini cita-cita semula menjadi pelari tercepat memang telah bergeser menjadi pencipta kendaraan tercepat. Meski telah bergeser, maknanya tetap sama, yaitu menjadi yang tercepat. Kalau ini bisa dilakukan, artinya dia melakukan hal yang kedua, yaitu bekerja keras tanpa mengenal arti kata menyerah.”
Mendengar penjelasan gurunya, Sang Murid berkata, “Guru, kalau murid boleh simpulkan, dalam mengejar cita-­cita kita harus berpegang pada dua hal, yaitu: realistis dan pantang menyerah. Artinya kita harus berani mengoreksi atau meredefinisi cita-cita kita, seandainya dirasakan tidak realistis. Di sisi lain kita harus tetap gigih pantang menyerah berjuang sungguh-sungguh. Apakah benar demikian Guru?”
“Tepat muridku. Pikirkan baik-baik kelayakan sebuah cita-cita. Kemudian berjuanglah sekuat tenaga untuk me­wujudkannya dengan cara yang benar, cara yang terpuji, cara yang terhormat. Yakinkan diri sendiri bahwa kamu bisa, kemudian berusaha dan bekerjalah sekuat tenaga untuk mewujudkannya. Dalam prosesnya, hal itu bisa dilakukan sendiri atau dengan bantuan dan dorongan orang lain.”
“Bagaimana dengan peranan doa, Guru?”, tanya Sang Murid.
“Inti dari doa sebenarnya ada dua. Yang pertama adalah komitmen diri tentang sesuatu, yang disampaikan atau diprasetiakan ke Hadirat Tuhan. Kedua doa sesungguhnya merupakan bentuk permohonan untuk memperoleh spirit, semangat atau bantuan spiritual dari Sang Maha Pencipta.” “Murid belum memahaminya Guru.’
“Doa adalah komitmen. Ketika kita berdoa, sesungguhnya kita sedang berjanji kepada Tuhan untuk bekerja keras mewujudkan apa yang kita sampaikan dalam doa. Bila kita berdoa agar anak kita menjadi pintar dan sukses, sesungguhnya kita sedang berjanji kepada Tuhan untuk bekerja keras mendidik anak kita, sekuat tenaga. Agar ia menjadi anak yang pintar dan sukses. Itu maksudnya. Bukan kita lantas berdiam saja, pasrah tanpa usaha dan meminta Tuhan untuk menurunkan keajaiban dan mukjizat-Nya agar anak kita menjadi pintar tanpa harus berusaha sama sekali.”
“Kedua, karena doa disampaikan kepada Sang Maha Pencipta atau Sang Maha Kuasa, pemegang otoritas tertinggi di jagat raya, maka secara spiritual kita juga memohon diberi spirit, semangat atau energi agar mampu berjuang keras mewujudkan apa yang kita inginkan.”
“Terima kasih, Guru. Terima kasih.

Sumber : Pontianak Post

Read More......

KON FU TZE ATAU KONFUCIUS

Konfucius lahir pada tahun 551 SM di negeri Lu, kini termasuk propinsi Shantung. Leluhurnya tidak jelas, namun di antara mereka dahulunya terdapat bangsawan terkemuka.

Dalam biografinya ia menulis bahwa orang tuanya bukan orang berpangkat dan hidup sederhana. Ia sendiri harus mencari nafkah sewaktu kecil. Sekalipun dalam keadaan miskin, ia tetap mampu belajar. Kebanyakan ilmunya diperoleh dengan jalan belajar sendiri.
Pengalaman hidupnya yang pahit itu membuatnya peka terhadap penderitaan rakyat kecil. Ia sangat prihatin dengan keadaan sekitarnya yang dianggapnya telah rusak dan menyedihkan. Keprihatinannya inilah mendorong semangat Konfucius melakukan perubahan dan pembaharuan,yaitu dengan mendidik murid-murid yang kelak dapat dipersiapkan terlibat dalam pemerintahan.
Pada waktu itu Cina diperintah oleh golongan bangsawan yang pada mulanya adalah kaum militer. Mereka hidup mewah. Rakyat diperas dengan dipaksa bekerja secara rodi dan membayar pajak yang cukup tinggi. Memang, pada mulanya mereka tampil sebagai pelindung masyarakat dan pengaman negara yang efektif, namun setelah tumbuh menjadi kelas sosial tersendiri, maka timbullah berbagai penyimpangan yang membuat rakyat sengsara.
Sebagaimana telah dikemukakan Konfucius menginginkan perubahan. Dia mengajarkan falsafah dan mendidik murid-murid dan pengikut-pengikutnya agar kelak dapat memainkan peranan penting dalam pemerintahan, serta sanggup merombak pemerintahan yang bobrok serta tidak memenuhi kebutuhan rakyat. Untuk itu latihan dan tehnik-tehnik yang biasa dianggap tidak cukup. Untuk dapat mengemban tugas yang berat mereka harus dididik agar mampu mengembangkan prakarsa, memiliki watak, adab dan kecerdasan yang tinggi.
Konfucius percaya bahwa setiap orang dapat menjadi orang baik, yaitu chun tzu, tanpa peduli latar belakang sosial dan keturunan. Di Cina pada waktu itu chun tzu diartikan sebagai orang baik yang berabad, tahu aturan dan sopan santun, memiliki inisiatif sesuai dengan kemampuannya. Orang semacam itulah yang, menurut Konfucius, dapat mengemban tugas-tugas pemerintahan dengan baik.
Mengapa ilmu dan seni pemerintahan menjadi perhatian Konfucius? Pada zaman hidupnya, karena pemerintahan dikendalikan kaum militer, masyarakat pada umumnya mengagung-agungkan ilmu dan seni perang, dan mengejek orang yang memberi perhatian terhadap perlunya pemerintahan yang baik, bersih, menjunjung hukum dan pengelolaan administrasinya baik.
Sekalipun lebih menekankan ilmu dan seni pemerintahan dibanding ilmu dan seni perang, yang pada waktu itu sangat diperlukan mengingat banyaknya peperangan dan pembrontakan, tetapi Konuficius sama sekali bukan penganut pasifisme. Ia juga mengajarkan bahwa kekerasan diperlukan dalam menghadapi masalah-masalah yang memerlukan ketegasan. Namun Konfucius yakin bahwa kekerasan bukan satu-satunya jalan dalam menyelesaikan persoalan negara.


Chun Tzu dan Li
Chun tzu adalah istilah yang populer di Cina pada masa Konfucius untuk menyebut orang baik-baik dan berkedudukan dalam masyarakat. Konfucius sendiri mengartikannya sebagai orang yang mengenal adab, tatanan moral atau tatakrama dalam kehidupan sosial dan politik. Dalam rangka mendidik murid-muridnya menjadi chun tzu, Konfucius mengingatkan bahwa adab dan tatakrama telah rusak kehidupan politik masyarakat Cina pada waktu itu. Untuk memperbaikinya diperlukan perbaikan dan reformasi. Reformasi yang diinginkan ialah kembali kepada li, yang biasa diartikaan sebagai tatakrama. Konfucius sendiri mengartikannya sebagai ‘upacara’. ‘adat istiadat’ atau ‘ketentuan-ketentuan hidup yang pantas diartikan’. Li merupakan ukuran bagi orang yang ingin mencapai chung yung, jalan tengah – keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan sosial.
Pada mulanya li diartikan sebagai ‘berkurban’, dan arti ini masih berlaku sampai kini. Konfucius memperluas artinya sehingga mencakup adat istiadat dan sistem kepercayaan yang melandasi pelaksanaan upacara kurban. Karena itu kemudian pengertian li mencakup juga upacara dan tatacara yang berlaku dalam masyarakat. Menurut Konfucius, apabila para penguasa dan pejabat dapat menyelenggarakan kurban dan upacara lain dalam menghormati leluhur mereka, mengapa mereka tidak berbuat yang sama seriusnya dalam menjalankan pemerintahan? Bilamana para menteri saling menghormati dan menjaga adab, mengapa mereka harus mengabaikan rakyat jelata yang merupakan tulang punggung negara?
Konfucius mengajarkan kepada muridnya agar dalam berhubungan dengan orang lain, seseorang bersikap ‘sedang menerima tamu penting’; dan apabila kelak menjadi pejabat atau pegawai tinggi hendaknya menghadapi rakyat seperti dia ‘sedang memimpin upacara kebaktian agama dalam suatu penyajian kurban besar”. Apa yang dikemukakan Konfucius ini hanya kias. Dia sebenarnya bukan seorang tokoh yang memuja adat istiadat yang berlaku dan upacara-upacara memuja leluhur yang sering diselenggarakan dengan penuh kemegahan dan pemborosan. Bagi Konfucius yang penting adalah semangat yang tersembunyi dalam li, dan hakikat terdalam dari pengertiannya yang tersembunyi.
Suatu ketika Guru Kung ditanya apakah hakikat li itu? Guru Kung menjawab: ”Ini pertanyaan penting! Berkenaan dengan upacar, andaikata seseorang terpaksa berbuat salah dalam satu segu, maka kesalahan terbaik dalam hal ini ialah terlampau hemat menyelenggarakan upacara yang biasa dilaksanakan secara megah dan boros. Pada waktu upacara pemakaman dan berkabung, mereka yang berkabung lebih baik jika merasa benar-benar sedih dibanding mereka yang terlalu teliti terhadap ketentuan-ketentuan penyelenggaraan upacara yang sekecil-kecilnya.” (Lun Yu 3.4).
Ketika itu tatacara penyelenggaraan kurban penuh dengan aturan-aturan rinci yang harus dipatuhi. Tidak sedikit di antara aturan-aturan itu esensial dan penting. Konfucius jelas tidak setuju dengan tetek-bengek yang menyulitkan dan penuh basa basi itu. Ia bisa menerima adat istiadat dan upacara apabila secara rasional alasan-alasannya bisa diterima. Alasan yang masuk akal inilah yang dijadikan pertimbangan Konfucius dalam menilai apakah perilaku seseorang itu manusiawi ataukah bermoral. Kendati demikian Konfucius tidak menganggap remeh adat istiadat, aturan dan adab sebab itu merupakan pedoman penting dalam mengatur masyarakat yang tertib.
Demikianlah pengertian li dalam pemikiran Konfucius merupakan rasionalisasi atas sistem etika yang berlaku pada waktu itu, sedangkan secara falsafah li diartikan sebagai ’tatanan masyarakat yang ideal’, yang di dalamnya segala sesuatu harus diletakkan pada tempatnya yang benar dan sesuai berdasarkan pertimbangan rasional. Sedangkan apabila dikenakan kepada pribadi seseorang, li berarti keadaan pikiran (mind) yang cenderung pada kesalehan, ketulusan dan ketaatan memenuhi ajaran agama, moral dan hati nurani.
Setelah Konfucius, li kemudian diberi arti sebagai sistem kepercayaan yang menekankan pada ’keseimbangan dan harmoni’ (chung yung), dan secara tersirat meletakkan manusia, alam dan Tuhan (t`ien) pada tempat dan kedudukannya yang benar. Konfucius mengajarkan agar masyarakat berperilaku baik dan taat pada undang-undang dan hukum. Orang Cina, menurut Lin Yu Tang, menganggap bahwa Konfucianisme merupakan agama li, atau ’agama adab dan moral yang terpuji’.
Dalam pandangan Konfucius sistem politik dan pemerintahan harus tunduk pada sistem moral dan adab yang lebih luas. Dalam aforismenya Konfucius misalnya memaparkan bagaimana moral pemerintahan yang ideal, sebagai berikut:


”Konfucius berkata, ”Bimbinglah masyarakat dengan ukuran-ukuran dan kendali pemerintahan atau aturlah mereka dengan ancaman hukuman, dan orang akan berusaha tidak masuk penjara, kecuali mereka yang tak punya harga diri dan rasa malu. Bimbinglah masyarakat dengan kebajikan dan kendali atau aturlah mereka dengan itu, dan orang akan memiliki harga diri dan rasa hormat.”

Manusia yang bijak dan bermoral, yang berpegang pada li, tidak akan menyia-nyiakan hidupnya dan sebaliknya akan berusaha menjadi anggota masyarakat yang gemar bekerjasama dengan sesamanya. Manusia yang demikian tidak menolak li sejauh tidak bertentangan dengan moral dan tidak merugikan manusia.
Dalam falsafah pendidikan Konfucius, di mana gagasan li telah ditambah dengan pengertian moral, peningkatan kecerdasan dianggap tidak penting apabila tidak disertai keseimbangan emosi. Usaha untukk menghasilkan keseimbangan tersebut tergantung pada pendidikan dalam li. Menurut Konfucius, ”Ilmu yang dimiliki oleh seorang chun tuz harus ditertibkan dengan menggunakan li”. Dengan demikian ia memiliki kekuatan menghadapi dunia, setia pada prinsip dan pendirian, tahan menghadapi krisis dan godaan.


Etika dan Hakikat Manusia
Sistem etika dan falsafah yang dibangun oleh Konfucius didasarkan pada alasan/pertimbangan tentang apakah sebenarnya hakikat manusia itu? Menurut Konfucius manusia merupakan makhluk individu yang keberadaannya tidak terpisah dari masyarakat. Di lain hal ia memandang bahwa masyarakat bukan sejenis kesatuan metafisik yang sepenuhnya mengatasi individu. Jika masyarakat benar-benar mengatasi individu, berarti keberadaan individu tidak ada artinya. Untuk itu keberadaan individu harus dipertimbangkan dan diserap dalam rangka kesatuan dan keseimbangan masyarakat.
Menurut Konfucius, manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Meskipun demikian, tidak sepenuhnya dibentuk oleh masyarakat. Keadaan yang dialami seseorang, kebiasaan-kebiasaan dan pola hidupnya, sebagian memang dibentuk oleh masyarakat. Tetapi di lain hal, karena masyarakat merupakan kumpulan individu manusia yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain, maka masyarakat sebenarnya juga dibentuk oleh individu-individu yang memainkan peranan penting dalam pelbagai lapangan kehidupan.
Tetapi mengapa ada orang ingin memisahkan diri dari masyarakatnya, dan ada juga orang yang gemar menentang adat istiadat dan tatanan moral yang berlaku dalam masyarakat? Mengapa pula ada orang yang tidak mau mengikuti pertimbangan-pertimbangan moral yang dianut masyarakat? Semua itu menurut Konfucius disebabkan oleh suara hati nuraninya. Menjadi ’petapa’ dan ’mengikuti kemauan khalayak’, sama saja buruk dan salah bagi Konfucius, karena ’hati nurani’ manusia pada dasarnya ingin hidup bersama dengan manusia lain dalam suatu komunitas yang disebut masyarakat, dan ’hati nurani’ pula yang pada dasanya mendorong seseorang menginginkan perubahan dan perbaikan dalam masyarakat.
Landasan kebenaran dalam kehidupan sosial adalah hati nurani. Hati nurani inilah yang dirujuk Konfucius ketika dia berkata:


”Seseorang tanpa keadaan sebenarnya, aku tak tahu apa jadinya!”
”Biarlah kesetian dan kebenaran menjadi yang utama bagimu.”
”Lebih baik tulus dan ikhlas, dibanding sekedar berpegang teguh (pada aturan)”
”Manusia dilahirkan untuk berdiri tegak, jika tidak demikian, dan walaupun ia masih hidup, akan beruntung jika ia melarikan diri.”
”Kaya dan terhormat adalah yang dihasratkan manusia; namun jika tak selaras dengan kebenaran (hati nurani) mungkin semua itu tak memberinyakebahagian.”
(Lun Yu).


Selain gagasan li dan hati nurani, gagasan penting Konfucius yang lain ialah tentang Tao (Jalan). Arti semula dari tao ialah jalan, cara atau alur. Sebelum Konfucius, tao biasa diartikan sebagai tatacara atau etika. Tetapi setelah munculnya Lao Tze iartikan secara mistikal untuk menggambarkan Dzat pertama yang menyusun alam semesta atau keseluruhan segala sesuatu.
Konfucius sendiri mengartikan Tao sebagai Jalan di atas segala jalan lain yang seharusnya diikuti oleh manusia. Jadi artinya ialah Jalan Besar. Dalam Tao yang sebenarnya, tujuan yang ingin dicapai ialah kebahagiaan. Ia mencakup hukum-hukum moral yang berlaku bagi individu, dan juga berarti pola pemerintahan yang harus dilaksanakan untuk melahirkan kesejahteraan dan perkembangan manusia dalam mencapai hakikat dirinya.
Han Yu, filosof Cina abad ke-8 M, mengatakan bahwa yang dimaksud Tao oleh Konfucius ialah jalan atau cara bertindak, yang dijiwai oleh cita-cita keadilan (keadilan bagi orang Cina ialah kepatutan) dan didasarkan atas jen, rasa cinta pada kemanusiaan. Tao bukan suatu yang tetap, tetapi mengalami perubahan sesuai keperluan dan beranekaragam sesuai dengan keadaan orang yang melaksanakannya. Demikianlah dengan gagasannya tentang li dan tao, beserta pengertian yang diberikan pada dua istilah ini, dia telah berusaha menggantikan makna ’kesetiaan’ yang dibebankan pada setiap individu yang dahulunya ditujukan kepada pemerintah dan golongan feodal. Kesetiaan yang diinginkan Konfucius ialah kesetiaan kepada prinsip moral dan jalan kemanusiaan.

Etika Tanpa Metafisika
Telah dikemukakan bahwa Konfucius membangun sistem etika berdasar hakikat manusia dan keperluan individu untuk hidup bermasyarakat. Ia juga memisahkan etika dan metafisika dalam ikhtiarnya memberi landasan yang rasional bagi sistem etika dan falsafah moral. Tidak seperti Meng Tze (Mencius), penganut Konfucianisme yang berpendapat bahwa pada dasarnya manusia itu baik, Konfucius tidak pernah mengatakan demikian. Guru Kung, demikian dia dipanggil, juga tidak seperti Hun Tzu, juga penganut Konfucianisme, yang mengatakan bahwa pada dasarnya manusia itu buruk atau jahat.
Guru Kung sangat dekat dengan persoalan-persoalan kongkrit yang dihadapi masyarakat dan manusia di sekelilingnya. Baginya mansia secara hakiki sama di mana saja. Tidak sedikit di antara mereka yang beruntung mendapat kedudukan tinggi dan berkemungkinan memiliki kepribadian dan watak terpuji disebabkan mendapat pendidikan yang baik; tetapi dalam kenyataan sering berperilaku seperti binatang, bebal dan keji. Tetapi sebaliknya tidak sedikit manusia yang tidak beruntung karena kurang berpendidikan dan berpangkat rendah, namun memiliki perilaku yang baik dan patut dihargai keperibadian serta budi pekertinya.
Pandangan Guru Kung didasarkan atas pengamatan langsung dan sederhana. Dia mengambil kesimpulan bahwa setiap manusia sebenarnya sangat mendambakan satu hal: Kebahagiaan. Hanya saja masing-masing sering mengartikan kebahagiaan itu dengan cara yang berbeda-beda. Konfucius sendiri tidak menetapkan bahwa apa itu kebahagiaan dan enggan pula menghubungkannya dengan kepercayaan atau agama. Yang jelas ia hanya mengatakan bahwa setiap manusia senantiasa berusaha memperoleh apa yang ia dambakan dan apa yang ia dambakan bisa menjadi sumber kebahagiaan apabila terpenuhi.
Dia berpendapat hanya sejauh berdasarkan kenyataan. Misalnya dia melihat di sekelilingnya kebanyakan rakyat hidup serba kekurangan, tidak sedikit yang menderita kelaparan, tertekan hidupnya disebabkan banyaknya kekacauan dan peperangan terjadi, serta ditindas oleh kaum bangsawan. Kaum bangsawan pun banyak tidak memperoleh kesenangan dan tidak bahagia, sebab hidup mereka tidak teratur dan sering menghadapi bahaya.
Dalam rangka menjawab persoalan nyata itu Konfucius menyusun falsafah yang diharapkan bisa menjadi pedoman dalam menegakkan tatanan masyarakat yang membuat manusia bahagia. Bagaimana membuat manusia di negerinya berbahagia? Melalui sistem pemerintahan yang baik dan mendatangkan kepuasan bagi kehidupan rakyat banyak.
Pemerintahan yang demikian, menurut Konfucius, harus dibangun dengan memperhatikan kodrat dasar manusia dan kemanusiaan. Manusia adalah makhluk sosial dan kebahagiaan sebagai kebaikan bersama dapat diperoleh melalui kehidupan sosial yang beradab dan mengutamakan kebersamaan serta nilai-nilai moral. Karena itu, menurut Guru Kung, jika setiap orang bekerja untuk kebahagiaan bersama, maka besar kemungkinan tercipta keadaan yang diliputi kebahagiaan bersama dibanding dengan keadaan lain, apabila tidak ada keinginan untuk bekerja demi kebahagiaan bersama. Kebaikan dan kodrat manusia sebagai makhluk sosial, dengan begitu, membangun asas timbal balik.
Apa yang dimaksud asas timbal balik itu? Guru Kung hanya mengatakan, ”Tidak mengerjakan sesuatu terhadap orang lain, yang kita sendiri tidak menghendaki orang lain melakukannya terhadap kita.” Katanya lagi, ”Manusia yang bijak dalam arti yang sebenarnya ialah apabila ia ingin memantapkan kedudukannya, ia akan berusaha pula memantapkan kedudukan orang lain; apabila ia ingin mendapat untung, ia akan berusaha membantu orang lain untuk mendapat untung. Jalan kebajikan yang sejati ialah menemukan prinsip perilaku terhadap orang lain dalam keinginan kita sendiri.”
Apa yang dikemukakannya itu berkaitan dengan asas Jalan Tengah (chung yung) yang ingin ditegakkan. Chung Yung adalah prinsip kehidupan manusia bermoral yang menghendaki keseimbangan dan harmoni. Asas ini hanya bisa berlaku jika seseorang memulai dari dirinya sendiri. Menjadikan diri kita bermoral, kata Guru Kung, adalah menjadikan diri kita selaras dengan orang lain, dalam cita-cita, perilaku dan keinginan. Dalam kaitan ini Guru Kung juga mengajarkan bagaimana berbuat baik dalam kehidupan tanpa dibebani persoalan meng,

Oleh: Abdul Hadi W. M.
Sumber :Bayt al-Hikmah Institute

Read More......

Inilah 11 Sayuran Pembunuh Kanker

Ketua Cancer Information and Support Center (CISC) Semarang Cahyaning Puji Astuti mengatakan, setidaknya ada sekitar 11 jenis sayuran yang terbukti ampuh untuk mencegah munculnya penyakit kanker.

"Buah-buahan dan sayuran sebenarnya jauh lebih hebat dibandingkan vitamin, namun tidak semua sayur dan buah merupakan antikanker," katanya seusai seminar "Menyiapkan Makanan Sehat Pencegah Kanker" di RS Telogorejo, Semarang, Kamis (10/12/2009).

Naning menyebutkan, 11 sayuran pencegah kanker tersebut, di antaranya kubis, bawang putih, bawang bombai, kedelai, kunyit, teh hijau, tomat, jeruk, cokelat, dan buah-buahan beri, seperti bluberi dan stroberi.

Namun, meskipun beberapa sayuran dan buah-buahan itu berkhasiat sebagai antikanker, diperlukan kewaspadaan dan pemahaman zat-zat yang terkandung dalam sayuran itu, termasuk memerhatikan proses pengolahannya.

Menurut dia, kubis merupakan musuh utama kanker, baik kubis hijau, kubis putih, brokoli, bunga kol, selada air, maupun kol ungu. Bahkan, khasiat kubis sudah dikenal sejak zaman Hipokrates sekitar 460-377 SM.

"Hipokrates mengatakan, kubis merupakan sayuran dengan beribu-ribu khasiat, dan mengonsumsi kubis minimal lima porsi setiap minggu terbukti dapat memperkecil risiko terserang kanker dan memperlambat perkembangan kanker," katanya.

Akan tetapi, proses pengolahan kubis tetap harus diperhatikan agar tidak menghilangkan khasiatnya, di antaranya tidak memasaknya terlalu lama, tetapi tetap harus bersih, dan mengunyahnya secara cermat.

Bawang putih dan bawang bombai juga sangat efektif untuk mencegah kanker, terutama kanker saluran pencernaan, kerongkongan, lambung, usus besar, prostat, paru-paru, dan kanker payudara.

"Makanan pencegah kanker ditemui pula dalam kedelai, yang banyak diolah menjadi tahu, tempe, dan susu. Sebab, kedelai mengandung isoflavon yang merupakan senyawa antikanker yang memiliki struktur kimia mirip dengan hormon seks," katanya.

Berkaitan dengan kemiripan struktur kimia isoflavon dengan hormon seks itu, ia mengingatkan, konsumsi kedelai secara berlebihan tidak dianjurkan untuk penderita kanker payudara dan kanker prostat.

"Kedua kanker itu merupakan jenis kanker yang sangat bergantung pada hormon, yakni hormon estrogen untuk kanker payudara dan hormon androgen untuk kanker prostat," kata Naning yang juga menderita kanker.

Selain itu, kata dia, resep menghindari risiko terkena kanker dapat dilakukan dengan menghindari makanan-makanan tertentu, misalnya, makanan yang diasinkan, makanan yang diasap, dan makanan yang digoreng.

"Olahraga secara teratur, berhenti merokok, dan menghindari konsumsi daging merah juga merupakan penerapan pola hidup sehat yang perlu diterapkan untuk mencegah kanker," kata Naning.

Read More......

Adil dan Andil

SHENG Ren Kong Zi, Tian Zi Mu Duo, Kong Zi, Nabi Khongcu, Khong Hu Cu, Kong Fu Zi, Tiong Ni atau Confucius adalah nabi terakhir dalam agama Khonghucu atau Ru Jiao.

Semasa hidupnya, 551-479 SM, beliau mempunyai banyak murid.Ran Qiu adalah salah satu murid Sheng Ren Kong Zi. Ia bekerja di sebuah kerajaan kecil, menjadi penasihat raja. Suatu ketika ia dipanggil Sang Raja untuk mendiskusikan penerimaan pajak yang terus menurun. Penyebab utamanya adalah musim kering yang berkepanjangan.“Kalau kondisi ini terus berlanjut, negara bisa bangkrut. Pajak yang kita terima dari petani semakin menyusut, sementara pengeluaran meningkat,” sabda Sang Raja. Atas nasihat Ran Qiu, raja memutuskan menaikkan pajak pertanian.

Mendengar raja akan menaikkan pajak atas nasihat muridnya, Sheng Ren Kong Zi amat marah. Dipanggilnya Ran Qiu menghadap. Ditanyakan mengapa dalam keadaan yang demikian sulit, kemarau berkepanjangan, pajak malah akan dinaikkan. Apa yang menjadi dasar pertimbangan? Padahal sistem pajak yang dibuat sejak jaman Raja Suci, Nabi Purba Huang Di sudah demikian baik. Setiap petak besar sawah dibagi sembilan petak kecil dan diberikan kepada delapan keluarga. Petak sawah yang berada di tengah-tengah dikerjakan bersama-sama oleh delapan keluarga dan hasilnya dibayarkan sebagai pajak untuk negara.
Mendapat pertanyaan menyelidik dari Sang Guru, Ran Qiu menjelaskan bahwa saat ini beban kerajaan semakin membesar. Selama musim berjalan normal, beban itu masih bisa ditutup oleh penerimaan pajak. Namun beberapa panenan terakhir tidak berhasil baik. Jadi untuk menutup defisit keuangan negara, pajak perlu dinaikkan.
Mendapat penjelasan ini, Sang Nabi berkata, “Kalau rakyat berkesusahan, bagaimana mungkin raja tidak mau berkesusahan. Kalau rakyat susah, raja seharusnya empati, membantu, menolong. Kalau rakyat makmur, bolehlah raja bersenang-senang. Saat ini kondisi alam sedang tidak baik. Jangankan untuk membayar tambahan pajak, untuk menyetor pajak yang kecil pun sebenarnya rakyat sudah tak mampu. Seharusnya bukan menaikkan pajak, melainkan menurunkan.”
“Namun Guru, mohon petunjuk bagaimana caranya kami menutup kekurangan dana kerajaan yang terjadi selama ini,” Ran Qiu mencoba bertanya, setelah Ia terdiam cukup lama.
“Kerajaan kan punya dana cadangan yang berlimpah ruah. Gunakan sebagian untuk menutup kekurangan. Bukan itu saja, gunakan pula sebagian lagi untuk memperbaiki pengairan, jalan dan membeli bibit untuk petani. Didik, latih dan bantulah mereka yang membutuhkan uluran tangan. Sementara yang kuat, yang sudah lebih berhasil, juga perlu dihimbau, diajak, dididik untuk membantu saudara-saudaranya yang lebih lemah, yang belum berhasil. Ini namanya adil, peduli,” papar gurunya.
Berkat pengaruh Kong Zi, rencana kenaikan pajak akhirnya dibatalkan. Kerajaan bahkan mengeluarkan sebagian dana cadangannya guna membantu rakyat. Prasarana dan sarana pertanian diperbaiki. Rakyat dengan sukarela ikut membantu. Beberapa pengeluaran yang tak perlu, tak efisien, boros dan berlebihan dikoreksi dan bahkan dihapus.
Musim berlalu. Ada Yin, ada Yang. Situasi selalu berganti-ganti mengikuti irama alam. Ada naik, ada turun. Ada paceklik, ada kelimpahruahan. Berbeda dengan musim-musim tanam sebelumnya, kali ini hasil pertaniannya melimpah ruah. Meski pajak pertanian untuk negara tetap berasal dari satu petak sawah yang di tengah, tapi karena hasil panen begitu berlimpah, pajak yang diterima negara pun tetap berlimpahruah. Rakyat senang, Raja dan kerajaan pun senang.
Melihat hasil yang luar biasa ini, Raja merencanakan untuk mengurangi setoran pajak pertanian. Ada dua pertimbangan yang menjadi dasar keputusan Raja. Pertama sebagai bentuk permohonan maaf dan koreksi atas kekeliruan yang hampir terjadi di waktu lalu. Kedua untuk mengambil hati rakyat. Sebelum rencana itu diputuskan, Sang Raja mengutus Ran Qiu untuk meminta pertimbangan Kong Zi.
Mendengar rencana ini, Kong Zi amat menghargai keinginan dan dasar pertimbangan Raja. Ia bersyukur Sang Raja mempunyai kepekaan dan kepedulian yang tinggi pada rakyatnya. Itulah modal utama untuk menjadi seorang pemimpin besar. Meski menghargai dan memuji rencana tersebut, Sang Guru tidak setuju dengan rencana itu.
“Kewajiban raja adalah memimpin rakyat, negara dan pemerintahan menuju kehidupan yang lebih baik. Lebih makmur, lebih sejahtera. Dalam mencapai hal itu, harus ada keadilan. Tidak boleh membeda-bedakan, tidak boleh diskriminatif. Sementara kewajiban rakyat adalah membela negara, ikut berkontribusi aktif dalam pembangunan bangsa dan negaranya. Ikut andil, ikut berpartisipasi sesuai kemampuannya. Kalau hal itu diringkas dalam kalimat sederhana, raja atau pimpinan haruslah ADIL, sedangkan rakyat haruslah ikut ANDIL.”
“Sekarang, karena hasil panen berlimpah, rakyat hidup berkecukupan. Sudah seharusnya mereka berkontribusi membayar pajak yang wajar kepada negara. Kalau kewajiban itu mau dikurangi, sama artinya memanjakan mereka. Itu tidak baik. Namun, kalau raja benar-benar ingin berbuat baik, bukan dengan mengurangi pajak, tapi gunakan dana berlebih untuk membangun prasarana dan fasilitas umum yang bermanfaat. Akan lebih baik lagi bila kelebihan dana itu dimanfaatkan untuk meningkatkan pendidikan.”
Mendengar nasihat Kong Zi yang begitu baik, Ran Qiu mengucapkan terima kasih berulang-ulang. Raja pun ikut berterima kasih.

Oleh Budi S
Sumber: Pontianak Post

Read More......

Senin, 23 Agustus 2010

Cukup itu Berapa ?

Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib.Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya.



Mata air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya seberapapun yang diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti bila si petani mengucapkan kata "cukup".

Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan hidungnya. Diambilnya beberapa ember untuk menampung uang kaget itu. Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubug mungilnya untuk disimpan disana.

Kucuran uang terus mengalir sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya. Masih kurang! Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya. Belum cukup, dia membiarkan mata air itu terus mengalir hingga akhirnya petani itu mati tertimbun bersama ketamakannya karena dia tak pernah bisa berkata cukup.

Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali adalah kata "cukup". Kapankah kita bisa berkata cukup?

Hampir semua pegawai merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja
kerasnya. Pengusaha hampir selalu merasa pendapatan perusahaannya masih dibawah target.



Istri mengeluh suaminya kurang perhatian. Suami berpendapat istrinya kurang pengertian. Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati. Semua merasa kurang dan kurang. Kapankah kita bisa berkata cukup?

Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya. Cukup adalah persoalan kepuasan hati. Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri.

Tak perlu takut berkata cukup.Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya. "Cukup" jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas diri. Mengucapkan kata cukup membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan. Jangan biarkan kerakusan manusia membuat kita sulit berkata cukup.

Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia.

Belajarlah untuk berkata "Cukup" Aku tak suka bibirku..kurang seksi. Aku ingin seperti Angelina Jolie.

Di saat yang sama seseorang berharap.... ......... ...
Tuhan, berikanlah aku bibir yang normal... Aku ingin mataku berwarna biru...Akan lebih cantik bila aku punya mata berwarna biru..

Di saat yang sama seseorang berharap.... ........
Tuhan, kenapa kau tidak berikan aku sepasang mata untuk melihat...
Aku oleskan pewarna dan kurawat jari-jariku agar selalu tampil cantik

Di saat yang sama seseorang bersyukur...
Tuhan, kau hanya berikan aku 4 jari, namun aku mensyukurinya. ..

Aku akan ke salon, creambath dan hairspa agar rambutku tampil cantik
Di saat yang sama seseorang menangis..
Tuhan, kenapa aku diberikan kepala dengan ukuran yang berbeda...

Kalau seperti ini, rambut seperti apapun akan terlihat aneh...
Di saat yang sama seseorang bersyukur...
Tuhan, kau tak memberikan aku tangan dan kaki..namun aku bahagia aku masih
bisa berkarya...

Sesungguhnya tubuh kita adalah hal yang berharga
Tak peduli apapun warnanya, apapun ukurannya, apapun bentuknya...
Syukurilah itu sahabat...
Karena di luar sana masih banyak yang mengharapkan mendapat fisik yang lengkap...

Kau lah ciptaan Tuhan yang terbaik...
Kau yang tampan
Kau yang cantik
Syukurilah itu..walaupun itu hanya sementara...
Sahabat dengarlah... jutaan orang di luar sana ...



Berharap bisa melihat...
Berharap bisa mendengar...
dan berharap bisa berbicara... .
Seperti kita....
Kau tak pernah mengerti..
Dan tak kan pernah mengerti...

Sadarlah sahabat...
Bahwa sesungguhnya kau tidak kekurangan.. ..



Semoga bermanfaat

Read More......

Kamis, 19 Agustus 2010

TIGA HARI DALAM KEHIDUPAN

Dalam hidup ini kita hanya memiliki 3 HARI saja :

Yang pertama :

HARI KEMARIN

Dalam kehidupan kita takkan mengubah apapun yang telah terjadi. Kita takkan pernah bisa menarik perkataan yang telah terucapkan.

Dan kita juga takkan mungkin lagi menghapus kesalahan dan mengulangi kegembiraan yang kemarin telah kita rasakan. Biarkan hari kemarin lewat lepaskanlah.


Yang kedua :

HARI ESOK


hingga mentari esok hari terbit, apa yang AKAN terjadi. Anda tak mungkin sedih atau ceria untuk esok hari. Esok hari belum tiba; biarkan saja....

Yang tersisa kini hanyalah :

HARI INI


Pintu masa lalu telah tertutup;pintu masa depan pun belum tiba. Pusatkan saja diri anda untuk hari ini. Anda dapat mengerjakan lebih banyak “hal” hari ini bila anda mampu memaafkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok hari. “hiduplah hari ini”. Karena, masa lalu dan masa depan hanyalah “permainan pikiran” yang rumit. Hiduplah apa adanya . karena yang ada hanyalah hari ini; hari ini yang abadi.

Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat, meski mereka berlaku ‘buruk” pada anda. Cintailah seseorang sepenuh hati hari ini, karena mungkin besok cerita sudah berganti. Ingatlah bahwa anda menunjukan penghargaan pada orang lain bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapakah diri anda sendiri.


Teman, jangan biarkan masa lalu mengekangmu. Jangan biarkan masa depan membuatmu bingung.

Lakukan yang terbaik HARI INI

Lakukan sekarang juga!!!!


The day will come

When you will review your life

And be thankful for every minute of it.

Every hurt, every sorrow, every joy,

Every celeberation, very moment of your life

Will be a treasure to you

Read More......

Senin, 16 Agustus 2010

WAJAR

Bila mengerti kataknlah mengerti. Bila tidak mengerti katakanlah tidak mengerti. Inilah yang dinamai mengerti.

Bila mengerti kataknlah mengerti. Bila tidak mengerti katakanlah tidak mengerti. Inilah yang dinamai mengerti.

Anda tidak perlu mengatakan anda seorang yang lemah/bodoh hanya karena anda tidak mengerti sutau hal, atau hanya karena anda tidak dapat mneyelesaikan suatu masalah. Anda juga tidak mesti mengatakan bahwa anda seseorang yang pandai hanya karena anda mengerti benar tentang suatu hal, atau dapat menyelsaikan satu masalah dengan baik. BERSIKAPLAH WAJAR! Katakan saja mengerti bila memang mengerti, dan cukup katakan tidak mengerti bila memang tidak mengerti. Jangan berlebihan, kekurangan anda apalagi sampai menyimpulkan bahwa anda seseorang yang lemah atau bodoh. Begiitupun sebaliknya, kemampuan anda pada suatu hal tidak cukup mewakili semua yang dimilki oleh diri anda.

Jangan melebarkan permaslahan. Jangan katakan anda seorang yang jelek hanya karena kulit anda hitam, anda tentu masih memiliki daya tarik lain yang mungkin lebih dari sekedar warna kulit, (yang pasti tidak ada istilah putih manis, yang ada hitam manis). Anda tidak perlu repot-repot mengatkan siapa anda sebenarnya secara keseluruhan, walaupun mungkin yang anda katakan sesuai dengan kenyataan, apakah anda seorang yang bodoh atau pintar, apakah anda seorang yang kaya atau melarat, apakah anda seorang yang bewajah tampan/cantik atau idak, semua tidak terlalu berguna untuk diekspresikan, tidak akan membantu apa-apa, lagi pula toh orang lainpun akan tahu juga.

Tetapi kenyataannya, beberapa orang yang kita jumpai suka melakukan hal seperti itu, menyimpulkan dirinya secara keseluruhan hnay karena satu atau dua kenyataan. Pertanyaannya adalah, pakah maksud orang menyatakan hal itu? Apakah ingin dinyatakan sebagai orang yang jujur? Polos? Seorang yang rendah hati atau seorang yang hebat? Mungkin memang begitu. Tetapi perlu diingat “Orang yang selalu menganggap dirinya bodoh, berarti apa yang ia lakukan adalah kebodohan.” Saya tidak mengajurkan anda menganggap diri anda pintar padahal anda tidak banyak memiliki pengetahuan/pengertian, tapi jangan katakan diri anda bodoh karena itu akan memberi sugesti buruk bagi diri anda. Kemapuan dan kekuatan anda sangat tergantung dari niat/ kemauan dan minat anda, jadi sekali lagi jangan berikan sugesti yang buruk pada diri anda. Anda ingin dapat mengingat sesuatu/ bila keinginan anda memang besar untuk mengingatnya, anda pasti mampu mengingatnya. Apakah anda bisa lupa dengan kenaikkan gaji yang dijanjikan bos anda awal bulan depan misalnya, atau apakah bisa lupa dengan kejadian-kejadian manis bersama si doi, atau apakah mungkin anda akan lupa bila si doi yang baru anda kenal menjajikan kencan pertamanya nanti malam? rasanya anda tidak akan lua pada itu semua, anda tentu tahu alasannya, karena anda begitu berminat, karena anda sangat menginginkannya.

Kita juga tentu tidak suka bila orang terlalu membanggakan dirinya karena kecerdasannya atau karena kekayaannya. Tetapi kenyataan yang sebaliknya, kita juga tidak suka orang yang selalu mengeluh karena keadaan yang lemah yang serba kekurangan. Yang pasti, “Mengeluh saja tidak ada gunanya, hanya tindakanlah yang akan mengangkatnya orang dari suatu permasalahan”

Sekali lagi, hadapai dan sikapi semua dengan kewajaran, jangan berlebihan, jangn melebarkan permasalahan. Tetaplah bersyukur dalam kekurangan. Tetaplaj bijak dalam kelebihan

Read More......

Minggu, 15 Agustus 2010

MY SU SI

hm... MY SU SI.. bukan nama orang bukan juga nama panggilan untuk seseorang..
ini adalah nama aplikasi dari KITAB yang EMPAT yaitu KITAB SU SI kita yang bisa kita masukkan ke dalam aplikasi hp dengan catatan HP kita telah terinstall JAVA...

Ehm... MY SU SI.. bukan nama orang bukan juga nama panggilan untuk seseorang..
ini adalah nama aplikasi dari KITAB yang EMPAT yaitu KITAB SU SI kita yang bisa kita masukkan ke dalam aplikasi hp dengan catatan HP kita telah terinstall JAVA...

sedikit keterangan dari MY SU SI adalah MY SU SI. jar adalah sebuah aplikasi untuk HandPhone berbasis java, dapat di buka di semua jenis Handphone yang mendukung aplakasi java.

Aplikasi MY SU SI ini merupakan sebuah EBOOK yang berisi kitab SU SI(kitab suci agama khonghucu). aplikasi ini di buat menggunakan sofware mj bookmaker 4,7 yaitu sebuah sofware gartis/open, untuk membuat Ebook berbasis java(jar file. yang dapat di gunaka oleh siapa saja dalam artian mendowanload melalu internet.

Ini adalah sebuah hal yang baru bagi kita sebagai umat agama khonghucu di manapun dan kapan pun kita bisa membuka aplikasi MY SU SI ini melalui HandPhone kita. jadi para saudara-saudara ku, tambahkan lah apliaksi ini ke dalam hp kalian oke...oke


coba dowload dilink ini.

http://www.4shared.com/account/file/6-h2fFeS/MY_SUSI.html

link di atas kalau tidak bisa. filenya silahkan di download di :

http://www.lenterakonfusiani.blogspot.com/

Read More......

Rabu, 11 Agustus 2010

Agama khonghucu dan rukun keimanannya

Agama khonghucu sudah sama kedudukannya di negara indonesia dengan agama yang lain sesuai dengan pencabutan Inpres No.14 tahun 1967 oleh Alm. KH Abdurachman Wahid tentang agama, kepercayaan, dan adat istiadat China. Selain itu juga agama khonghucu memiliki syarat-syarat tentang berdiri nya suatu agama seperti :

1. di dalam agama khonghucu memiliki penyebutan nama TUHAN dengan nama TIAN.

2. agama khonghucu mempunyai Nabi sebagai penebar ajaran agama yang kita kenal dengan nama NABI KHONGCU (551 sm-479 sm).

3. di dalam agama khonghucu memiliki KITAB SUCI yang di sebut dengan KITAB YANG POKOK atau YANG EMPAT atau Kitab SU SI (Ajaran besar, Tengah sempurna, Sabda Suci, Bingcu). Dan juga ada kitab yang mendasari atau kitab yang lima atau Kitab NGO KING ( Si King, Su king, Ya King, Lee king, Chun Chiu King).

4. Agama khonghucu memiliki tempat ibadah untuk melakukan ibadah bersama dengan umat yang lain yang bernama LITANG.

5. agama khonghucu memiliki umat atau penganut seperti agama yang lain. Yang mengimani tentang suatu agama.

6. Agama khonghucu pun memliki wadah tempat untuk berkumpulnya umat agama khonghucu yaitu MATAKIN adalah sebuah organisasi yang mengatur perkembangan ajaran agama Khonghucu di Indonesia agar ajaran dan cita-cita Nabi untuk mewujudkan dunia yang Damai & Harmonis bisa terlaksana. Organisasi ini didirikan pada 16 april tahun 1955.


Nah, sekarang hal yang terpenting adalah sebagai umat agama khonghucu adalah hal apa sich yang menjadi pilar,pondasi dan rukun keimanan di dalam agama Khonghucu???? Sudahkah kita mengetahuinya ?? atau kita sama sekali tidak mengetahui hal tersebut sejak dini??

Banyak orang yang bila di tanya rukun keimanan agama khonghcu itu apa? Banyak yang menjawab rukun keimanan agama khonghucu itu adalah 8 pengakuan iman yang sering di ucapkan saat akhir dari pembacaan Do’a. 8 pengakuan iman yang terdiri dari dari :

Delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu:
1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
3. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
4. Sepenuh Iman menyadari adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
6. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo)
7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)

Merupakan penjabaran dari rukun keimanan yang ada di dalam agama khonghucu.

Nah sekarang saudara-saudara seiman Ingatkah dengan sebuah ayat yang ada di dalam kitab SU SI bagian Tengah Sempurna : I : 1, Ajaran Besar : I : 1 dan salam peneguhan iman di dalam agama kita???

Saudara-saudara. Tiga hal di atas adalah 3 pilar Agama khonghucu atau bisa di sebut juga Rukun keimanan di dalam agama khonghucu.

Adapun isi dari ketiga hal tersebut adalah :


“Firman TIAN Tuhan YME itulah dinamai watak sejati. Bimbingan mengikuti watak sejati itulah dinamai menempuh jalan suci. Bimbingan hidup menempuh jalan suci itulah dinamai agama.


(Tengah sempurna :1:1)


Adapun jalan suci yang di baawakan ajaran besar itu ialah menggemilangkan kebajikan, mengasihi rakyat dan berhenti pada puncak kebajikan

( Ajaran Besar :1:1)


Hanya kebajikan TIAN berkenan

Sungguh miliki yang satu itu kebajikan

WEI DE DONG TIAN!

XIAN YU YI TE !


Ketiga hal diatas saling berkaitan satu dengan yang lainnya. hanya ada satu yang menjadi tugas dan kewajiban hidup kita sebagai umat agama khonghucu yaitu menjalankan dan menanamkan pancaran watak sejati (5 kebajikan) di dalam hidup ini tanpa terkecuali yang berwujud dalam mengasihi rakyat, Karena hanya lah kebajikan yang menjadi modal kita di dalam kehidupan ini dan yang kita bawa saat nanti kita berpulang keharibaan kebajikan TIAN.


Sekarang kita telah mengetahui rukun keimanan didalam agama khonghucu. Jadi janganlah ragu dan bimbang, jangan mendua hati TIAN senantiasa merahmati kita.


Shanzai !

Read More......