Kamis, 02 April 2009

Makna Sembahyang Leluhur

“Dengan menengadah memeriksa kecemerlangan tanda-tanda dilangit; menunduk memeriksa hukum-hukum dan hal-hal yang berkaitan dengan Bumi; maka Nabi memahami sebab daripada gelap dan terang, melacak semua asal-muasal dan akhir-pulangnya. Maka, dipahami tentang mati dan hidup; betapa sari dan semangat menjadikan benda/ mahluk dan bagaimana mengembaranya arwah (Hun) menjadikan perubahan. Demikianlah diketahui bagaimana sifat-hakekat daripada Nyawa dan Roh (Gui Shen – anima dan animus).”Yijing : Babaran Agung (A) IV:21.

KEHIDUPAN manusia di dunia, dalam iman Ru/ Khonghucu diyakini di "bangun" oleh adanya Daya Hidup Illahi (Roh/ Shen) dan Daya Hidup Duniawi (Nyawa/ Gui). Keduanya berpadu dalam kehidupan dan manusia berkewajiban untuk mengharmoniskan dan menyelaraskannya sesuai Firman Tuhan. Ibadah manusia pada dasarnya adalah bagaimana menempuh Jalan "datang dan kembali,” “dari dan kepada” Tuhan, dan itulah sejatinya tujuan pengajaran agama (beragama) bagi manusia.
Nyawa sebagai unsur Yin (-) diturunkan melalui ayah dan bunda sedangkan Roh sebagai unsur Yang (+) ditutunkan melalui Qian, Tuhan Yang Maha Besar, Khalik semesta alam. Nyawa (-) dan Roh (+) mempunyai bagian-bagian sebagai berikut, berdasarkan prinsip Thai Kik/ Tai Ji, Liang Gi / Liang Yi, Su Siang / Si Xiang, Pat Kwa / Ba Gua:
Nyawa (-) terdiri dari 2 yaitu : Hun / Hun (-+) atau Arwah, dan Phik / Po (--) atau Jasad.
Roh (+) terdiri dari 2 yaitu: Khi / Qi (++) atau Semangat, dan Ling / Ling (+-) atau Sukma.
Bila ditinjau secara metafisik, setelah manusia menunaikan kewajiban hidupnya dengan baik, menegakkan Firman, menempuh Jalan Suci serta menggemilangkan dan mengamalkan Kebajikan, bila telah tiba saatnya berpulang ke haribaan Tuhan maka Khi/ Qi akan naik ke atas kembali kepada Qian dan Po berpulang kepada Kun, Bumi. Namun Ling Hun, tergantung pada amal baik, perilaku terlebih ibadah yang bersangkutan untuk dalam segala kuasaNya "diterima", dalam kekekalan baka di sisi Tuhan. Ling akan "menunggu" Hun untuk me"nyatu" dalam keharibaan Tuhan sebagai Zhong Shi (prima causa & causa finalis) semesta dan segala. Inilah mengapa persembahyangan leluhur diserukan menjadi ibadah karena hidup berkelangsungan turun-temurun, perubahan terjadi dan berhubungan dengannya, renungkan petikan ayat di bawah ini:
“Yi PERUBAHAN itu menepati hukum Langit & Bumi, maka mampu menunjukkan tanpa cacat atau kacau tentang Jalan Suci Langit & Bumi.” Yijing: Babaran Agung (A): IV.
Ts’ai-wu berkata, ”Saya mendengar akan Gui (nyawa) dan Shen (roh), tetapi belum mengerti apa yang dimaksudkan dengan sebutan itu.” Nabi bersabda, “Qi (semangat) itulah wujud berkembangnya daripada Shen, Po (Badan, Jasad) itulah wujud berkembangnya dari pada Gui. Berpadu harmonisnya Gui dan Shen, itulah tujuan tertinggi ajaran Agama. “Semua yang dilahirkan pasti mengalami kematian; yang mengalami kematian pasti pulang kepada tanah; inilah berkaitan dengan Gui. Tulang dan daging melapuk di bawah, yang bersifat Yin hilang masuk ke tanah. Tetapi Qi berkembang memancar diatas cerah gemilang, diiringi asap dupa wangi semerbak membuat mengharukan, inilah sari beratus zat, perwujudan Shen.” Kitab Kesusilaan/Li Ji XXI:2:1.
Dalam "mengembaranya Hun arwah" inilah; di satu sisi keturunan wajib menyembahyangi agar bisa "tenang", memberi pelayanan dalam persembahayangan dengan penuh kesusilaan (sebagai tindak lanjut laku bakti), me"nerus"kan amal ibadah kehadapan Tuhan, menjaga Ling Hun dalam memperbaiki maupun meningkatkan amal laku (ibadah) agar leluhur "bisa" kembali keharibaanNya dalam kekekalan di sisi Tuhan; di sisi yang lain persembahyangan leluhur juga bertujuan dalam makna dan arti spiritual memberi "tempat" agar dalam "pengembaraan Hun arwah" tidak ter"sesat" dan "gagal" kembali keharibaanNya !
Bila Ling Hun bisa menyatu kembali keharibaanNya inilah definisi Shen Ming/ Arwah Suci. Shen Ming ini jelas mempunyai "aura" bersih dan suci; maka bila persembahyangan leluhur terlaksana dengan baik dan benar, maka "aura" Shen Ming bisa menjadi suatu berkah dan perlindungan bagi keturunan/ keluarga yang bersangkutan.
Persembahyangan Leluhur dalam iman Ru jelas memberi suatu gambaran yang menyatu pada hubungan Tuhan - leluhur - manusia yang meliput kesatuan hidup Tuhan - bumi/ semesta - manusia. Ini mendasar pada kehidupan dunia akhirat yang berkaitan dengan daya hidup duniawi dan Illahi, yang memberi nuansa fisik dan metafisik dalam nilai imani Ru/ Agama Khonghucu.
Maka apakah masih perlu di "pertanyakan" konsep after life/ hidup sesudah mati Agama Khonghucu/ Ru Jiao?**
Oleh : Makin Pak Kik Bio
Sumber : Pontianak Pos

1 komentar:

efan goutama mengatakan...

wddt.. siapa yang buat blog untuk pakin cimnggis.. bleh meminta user name dan pass nya??

Posting Komentar