Kamis, 23 April 2009

Sadar akan Harga Diri

Mengzi berkata, “Orang tidak boleh tidak tahu malu. Malu bila tidak tahu malu, menjadikan orang tidak menanggung malu. Rasa malu itu besar artinya bagi manusia. Kalau orang bangga dapat berbuat muslihat dan licin, itulah karena tidak menggunakan rasa malunya. Yang tidak mempunyai rasa malu, tidak layak sebagai manusia, dalam apa ia layak sebagai manusia?” Mengzi VIIA:7

DENTANG lonceng pergantian tahun telah berlalu. Segala ritual yang menandai pergantian tahun telah beakhir. Sekarang sudah saatnya memulai kerja baru, menyongsong kesempatan baru dengan harapan baru. Kalau di tahun-tahun kemarin, negara ini masih dirudung kesulitan semoga di tahun ini semua kesulitan dapat mulai diatasi. Pertanyaannya dimulai dari mana? Kalau mau diteliti dengan seksama asal muasal krisis tersebut dapatlah ditarik satu garis merah dimana pangkal permasalahan dari bangsa ini. Berbagai krisis dalam bidang ekonomi, hukum, moral, bahkan agama, kalau diteliti pokok permasalahannya, tidak lain adalah korupsi. Korupsi ini terjadi hampir di seluruh lapisan masyarakat. Mengapa sampai terjadi demikian? Padahal berbagai upaya telah dilakukan tetapi korupsi masih saja berjalan sepertinya hal tersebut sudah menjadi hal yang biasa dan wajar saja terjadi. Ini semua terjadi karena banyak orang di negara ini masih sedikit yang memiliki harga diri, kehormatan serta rasa malu. Jelas-jelas orang melakukan korupsi tetapi masih menggunakan berbagai dalih untuk melegalkan kesalahannya. Dan anehnya orang tersebut masih tidak malu memimpin organisasi yang seharusnya menjunjung sportifitas, olahraga misalnya. Dan masig banyak contoh lainnya. Inilah ironisnya di negeri ini. Bila ditarik kesimpulan dari sisi moral, yang hilang didalam masyarakat ini, yaitu harga diri, kehormatan, rasa malu.

Tahu malu, kehormatan, harga diri dalam bahasa mandarin disebut Chi. Tulisannya dalam bahasa Mandarin bentuk kuno diambil dari gambar telinga dan kaki. Hal tersebut menggambarkan seseorang yang karena rasa malunya, menunduk hingga telinganya hampir menyentuh kaki. Chi atau tahu malu ialah sadar akan harga diri, sadar akan harkat dan martabatnya sebagai manusia, mahluk ciptaan Tuhan yang berbudi, menyadari seluruh hidupnya wajib dipertanggung jawabkan kepada Tuhan, maka tidak merendahkan diri dengan melakukan perbuatan tercela, tidak bermoral, korup, penjilat, khianat, pendusta, licik dan sebagainya. Chi juga berhubungan dengan kehormatan, seseorang dikatakan memiliki sifat Chi apabila orang tersebut memiliki harga diri, kehormatan, mempunyai rasa malu, orang demikian selalu menjaga perbuatannya sehingga tidak melakukan hal-hal yang dapat menjadikan dirinya dipermalukan.

Banyak cerita lama mengenai orang-orang yang memiliki harga diri dan kehormatan yang tinggi atau disebut Chi. Adalah Tao Yuanming yang hidup dimasa Dinasti Jin Timur. Beliau adalah seorang penyair yang terkenal dan tinggal di sebuah desa. Mendengar kepandaianya yang luar biasa diangkatlah dia oleh raja sebagai hakim daerah di Pengze. Walaupun pekerjaan itu diluar keinginannya, ibunya menyarankan untuk tetap menerimanya demi kehidupan keluarganya. Imbalan resmi dari pekerjaannya itu berupa lima kantong beras. Di daerah Pengze Tao Yuanming sangat disukai rakyat karena keadilannya dan keramahannya terhadap masyarakat namun hidupnya tetap sederhana. Ketika ditinjau oleh inspektur negara Tao Yuanming ditegur karena mengenakan pakaian yang sederhana, tetapi Tao Yuanming tetap tidak terpengaruh bahkan mengatakan bahwa begitulah pakaiannya sehari-hari. Inspetur itu berusaha mempengaruhi Tao agar mau menarik upeti dari rakyat. Tetapi Tao menolak bahkan menegur keras perbuatan Inspektur yang suka memeras rakyat itu. Akibatnya Tao Yuanming dipecat dari kedudukannya. Tao Yuanming tidak bersedih hati, karena baginya daripada harus memeras rakyat lebih baik hidup sederhana dengan bertani Sambil terus berkarya dalam seni sastranya.

Itulah kehormatan, harga diri dan rasa tahu malu, apabila seseorang telah memiliki ia rela hidup sederhana daripada hidup bermewah-mewah dari hasil memeras rakyat, atau hasil korupsi maupun dari hasil yang didapat dari cara-cara bertentangan dengan kebenaran. Rasa tahu malu, harga diri, kehormatan ini harus dibangkitkan keseluruh lapisan masyarakat, dengan demikian apabila rakyat memiliki harga diri yang tinggi perbuatan yang melanggar kebenaran dengan sendirinya akan malu melakukannya. Untuk itu semua, para pemimpin haruslah memulai terlebih dulu dengan memberi suri tauladan. Semoga.

Oleh Makin Pak Kik Bio
Sumber : Pontianak Post

0 komentar:

Posting Komentar